Setelah memasang kuda-kuda, warga memakan ketan. Sudah menjadi tradisi, dalam pembangunan rumah yang menggunakan kayu ulin (Eusideroxylon zwageri), warga memakan ketan merah dan putih.
Selain itu, ketan yang dimakan bersama menjadi simbol perekat warga.
Di balik ritual makan ketan merah-putih berbahan gula dan kelapa, ada simbolisasi persatuan dari dua unsur yang berbeda.
Ada satu lagi ritual adat unik dalam proses pembangunan rumah baru warga Dayak Ma'anyan di Hayaping. Bagian atap rumah yang sedang dibangun dipasangi batang pisang. Tujuannya agar rumah sejuk dan nyaman untuk ditinggali.
Di balik ritual pemasangan batang dan daun pisang di atap rumah yang sedang dibangun, kiranya tersua pemahaman akan harmoni alam. Rumah dari kayu yang bersifat kering perlu didinginkan dengan batang pisang yang berair.
Dalam diskusi daring dengan rekan kompasianer Romo Gregorius Nyaming, putra asli Dayak Desa, tampak bahwa penggunaan ketan juga lazim di kalangan suku Dayak Desa di Kalimantan Barat.
"Dalam adat kami, ketan pertama-tama menjadi bahan pembuatan tuak. Lalu, dalam pesta-pesta adat atau syukuran lainnya, ketan biasa disajikan. Dikukus, dibuat lemang (dimasak dalam bambu), dibuat ketupat atau tepung, dan sebagainya," tulisnya.
Ketan juga selalu dijadikan bahan sesajen (pegelak) saat pesta syukur atas hasil panen (Gawai). Romo Gregorius sepakat bahwa makan ketan bersama menjadi simbol penguat kebersamaan dan gotong royong.Â