Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Makna Makan Ketan dalam Ritual Rumah Baru Dayak Ma'anyan

7 Oktober 2020   13:46 Diperbarui: 8 Oktober 2020   04:34 746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makan ketan merah-putih - dok Suster Sari PI

Setelah memasang kuda-kuda, warga memakan ketan. Sudah menjadi tradisi, dalam pembangunan rumah yang menggunakan kayu ulin (Eusideroxylon zwageri), warga memakan ketan merah dan putih.

persiapan ketan - dokpri
persiapan ketan - dokpri
Rupanya, dalam alam pikir masyarakat Dayak Ma'anyan, kayu ulin dapat tumbuh berkat peran roh penunggu. Agar roh penunggu kayu ulin ini tidak mengganggu, para pembangun rumah harus menyantap ketan merah dan putih.

dokpri
dokpri

Selain itu, ketan yang dimakan bersama menjadi simbol perekat warga.

Di balik ritual makan ketan merah-putih berbahan gula dan kelapa, ada simbolisasi persatuan dari dua unsur yang berbeda.

Ada satu lagi ritual adat unik dalam proses pembangunan rumah baru warga Dayak Ma'anyan di Hayaping. Bagian atap rumah yang sedang dibangun dipasangi batang pisang. Tujuannya agar rumah sejuk dan nyaman untuk ditinggali.

Di balik ritual pemasangan batang dan daun pisang di atap rumah yang sedang dibangun, kiranya tersua pemahaman akan harmoni alam. Rumah dari kayu yang bersifat kering perlu didinginkan dengan batang pisang yang berair.

Jelang pasang atap - dok Sr Sari PI
Jelang pasang atap - dok Sr Sari PI
Perbandingan dengan Dayak Desa Kalimantan Barat

Dalam diskusi daring dengan rekan kompasianer Romo Gregorius Nyaming, putra asli Dayak Desa, tampak bahwa penggunaan ketan juga lazim di kalangan suku Dayak Desa di Kalimantan Barat.

"Dalam adat kami, ketan pertama-tama menjadi bahan pembuatan tuak. Lalu, dalam pesta-pesta adat atau syukuran lainnya, ketan biasa disajikan. Dikukus, dibuat lemang (dimasak dalam bambu), dibuat ketupat atau tepung, dan sebagainya," tulisnya.

Ketan juga selalu dijadikan bahan sesajen (pegelak) saat pesta syukur atas hasil panen (Gawai). Romo Gregorius sepakat bahwa makan ketan bersama menjadi simbol penguat kebersamaan dan gotong royong. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun