Pemberian hadiah, terutama bagi pada anak-anak, telah menjadi bagian penting dari perayaan Natal sejak awal abad ke-19. Toko-toko mulai mengiklankan belanja Natal pada tahun 1820.Â
Pada tahun 1840-an, surat kabar memuat iklan liburan, yang sering menampilkan gambar-gambar Santa Claus yang baru populer.Â
Pada tahun 1841, ribuan anak mengunjungi toko Philadelphia untuk melihat model Santa Claus seukuran aslinya. Mulai saat itu banyak toko mulai menarik anak-anak, dan orang tua mereka, dengan iming-iming kesempatan melihat Santa Claus "hidup".Â
Busana Pencari Sumbangan
Pada awal 1890-an, Kelompok Salvation Army membutuhkan uang untuk membayar makanan Natal gratis yang mereka sediakan untuk keluarga yang membutuhkan.Â
Mereka mulai mendandani orang-orang pengangguran dengan pakaian Santa Claus dan mengirim mereka ke jalan-jalan New York untuk meminta sumbangan.Â
Santa Klaus kelompok Salvation Army sejak saat itu sering membunyikan lonceng di sudut-sudut jalan kota-kota Amerika untuk mengumpulkan sumbangan bagi kaum miskin.
Tak Semua Orang Suka Sinterklas
Menariknya, tak semua negara suka dengan Sinterklas. Â Laman National Geographic menulis bahwa di negara-negara seperti Republik Ceko, Austria, dan Amerika Latin, ada kelompok yang mengikuti gerakan melawan Sinterklas.
Alasannya, demi melestarikan tokoh lokal pemberi kado bagi anak-anak. Singkatnya, mereka ingin melindungi anak-anak dari Sinterklas yang mereka anggap berasal dari budaya pop Amerika Utara.Â
Injil Tidak Menyebut Sinterklas