Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jangan Kaget, Sinterklas Bukan Simbol Natal Sejati

18 Desember 2019   07:16 Diperbarui: 20 Desember 2019   05:01 926
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Delta News Hub/Flickr.com, CC BY

Pemberian hadiah, terutama bagi pada anak-anak, telah menjadi bagian penting dari perayaan Natal sejak awal abad ke-19. Toko-toko mulai mengiklankan belanja Natal pada tahun 1820. 

Pada tahun 1840-an, surat kabar memuat iklan liburan, yang sering menampilkan gambar-gambar Santa Claus yang baru populer. 

Pada tahun 1841, ribuan anak mengunjungi toko Philadelphia untuk melihat model Santa Claus seukuran aslinya. Mulai saat itu banyak toko mulai menarik anak-anak, dan orang tua mereka, dengan iming-iming kesempatan melihat Santa Claus "hidup". 

Busana Pencari Sumbangan

Pada awal 1890-an, Kelompok Salvation Army membutuhkan uang untuk membayar makanan Natal gratis yang mereka sediakan untuk keluarga yang membutuhkan. 

Mereka mulai mendandani orang-orang pengangguran dengan pakaian Santa Claus dan mengirim mereka ke jalan-jalan New York untuk meminta sumbangan. 

Santa Klaus kelompok Salvation Army sejak saat itu sering membunyikan lonceng di sudut-sudut jalan kota-kota Amerika untuk mengumpulkan sumbangan bagi kaum miskin.

Tak Semua Orang Suka Sinterklas

Menariknya, tak semua negara suka dengan Sinterklas.  Laman National Geographic menulis bahwa di negara-negara seperti Republik Ceko, Austria, dan Amerika Latin, ada kelompok yang mengikuti gerakan melawan Sinterklas.

Alasannya, demi melestarikan tokoh lokal pemberi kado bagi anak-anak. Singkatnya, mereka ingin melindungi anak-anak dari Sinterklas yang mereka anggap berasal dari budaya pop Amerika Utara. 

Injil Tidak Menyebut Sinterklas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun