Sila membaca seluruh Alkitab, termasuk Injil yang berkisah tentang kelahiran Yesus. Tidak ada satu pun ayat yang menyebut figur Santa Claus atau Santo Nicholas.Â
Terang saja, jika yang dimaksud adalah Santo Nicholas, ia memang baru akan muncul pada abad keempat. Kisah hidupnya sama sekali tidak berhubungan dengan kisah Natal. Perayaannya adalah 6 Desember, bukan 25 Desember.Â
Kesimpulannya sederhana, Sinterklas atau Santa Claus memang bukan simbol Natal sejati. Lalu, apa simbol Natal yang sejati?Â
Paus Fransiskus baru-baru ini mengajak umat Katolik untuk menghayati (kembali) tradisi membuat gua Natal. Paus bahkan menulis surat apostolik Surat "Admirabile Signum" atau Tanda yang Mengagumkan. Surat ini menegaskan arti pentingnya "Nativity Scene" atau dekorasi Gua Natal yang menghadirkan kisah kelahiran Yesus di Betlehem.
Paus berharap Surat Apostolik  ini akan mendorong keluarga-keluarga Katolik mempersiapkan gua Natal di rumah masing-masing. Paus bersahaja asal Argentina ini juga mendorong agar gua Natal dibuat di tempat kerja, sekolah, rumah sakit, penjara dan alun-alun kota. Tentu saja sesuai situasi dan peluang di daerah masing-masing.
Gua Natal Tradisi Sejak Abad ke-12
Membuat Gua Natal adalah tradisi kuno yang telah mulai dirintis oleh Santo Fransiskus dari Assisi (Italia) pada abad ke-12. Santo Fransiskus berkunjung pada tahun 1223 ke kota Greccio.Â
Gua-gua yang dilihatnya di sana mengingatkannya pada pedesaan Betlehem. Pada tanggal 25 Desember, para biarawan dan penduduk setempat datang bersama-sama, membawa bunga dan obor," tulis Sang Paus.Â
“Ketika Santo Fransiskus tiba, dia menemukan palungan penuh jerami, seekor lembu dan seekor keledai. Lantas seorang imam merayakan Ekaristi (ibadat Katolik) di kandang itu. Hal ini menunjukkan hubungan erat antara kelahiran Yesus dan Sakramen Ekaristi," lanjut Paus Fransiskus.
Apa yang disampaikan Paus Fransiskus memang adalah inti utama makna Gua Natal yang mengajak umat Katolik untuk merenungkan kesederhanaan Natal. Yesus lahir ke dunia di kandang bersahaja, bukan di istana raja.Â
Bayi Yesus pertama-tama dikunjungi oleh para gembala sederhana, bukan oleh petinggi politik pada saat itu. Yesus datang, terutama untuk kaum miskin papa. Ia mengajarkan semangat berbagi kepada yang berkekurangan.