Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar dari Nenek dalam Bus yang Remnya Blong

17 Maret 2019   06:23 Diperbarui: 17 Maret 2019   16:58 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

yang selama ini lebih banyak direncanakan daripada dilaksanakan.

Ketakutan akan pengadilan Tuhan, 

dan masih banyak lagi alasan untuk belum siap mati...

Maut datang, siapa bisa menolaknya?

Hati bisa berontak saat malaikat maut mendekat, tapi siapa bisa menolak? 

Si nenek penjual sayur hidup dalam kepasrahan total pada Tuhan. 

Ia hidup dari pekerjaan bersahaja yang halal. Ia tak sedikit pun mengorupsi uang. 

Ia tak pernah mengetik komentar kasar di media sosial yang bisa brutal. 

Si nenek tak takut mati. Seluruh hidupnya adalah ibadah persiapan menyambut kematian. 

Kematian baginya adalah pintu menuju keindahan bersama Tuhan.

Belajar dari nenek dalam bus yang remnya blong

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun