Bus masih melaju kencang menuruni perbukitan. Sopir berkali-kali membunyikan klakson agar pengendara di depan menyingkir.
Entah berapa ribu meter bus itu turun dengan liarnya, tanpa rem.
Dalam kepanikan, sopir melihat di depan ada jalan kecil yang menanjak di sisi kiri. Ia pun banting stir ke kiri, berharap agar bus berhenti setelah mendaki jalan menanjak itu.
Benar saja, bus berhenti setelah mendaki jalan mendaki di depan rumah seorang warga.Â
Tuhan Yang Kuasa mendengar doa-doa sopir dan para penumpang bus. Tak seorang pun terluka. Jerit panik berubah jadi seruan syukur pada Tuhan.
Hanya saja, sopir pingsan setelah menyelamatkan seluruh penumpang. Saudara saya segera mendekat ke sopir yang pingsan itu untuk memeriksa keadaannya.
Hidup dan mati setipis benang
Hidup dan mati setipis benang. Cukup sepersekian detik, orang sehat bisa mendadak wafat.Â
Cukup sekedipan mata, kecelakaan bisa merenggut nyawa.
Bagi yang tak siap mati, kematian memang menakutkan.
Mengapa tidak siap mati?