Saya sudah mulai nyaman bahkan sehari tidak usah ke lapangan saya sudah menulis 6 sampai 7 berita. Lewat telepon saja.
Apalagi pas korona mulai ini rasa nyaman itu ada dan nyata. Perut semakin menggemuk karena saya jarang bergerak dan sudah mulai tumpul otak kreatif saya untuk mencari berita-berita ke lapangan langsung.
Semua sudah digenggaman smartphone saya. Isu dan narasumber tersusun rapi di handphone.
Bahkan dalam satu acara saya sudah bisa mendapat 10 artikel. Tidak usah liputan besokanya ya bisa.
Akhirnya pikiran saya berorientasi ke uang. Saya mulai "nakal" tawaran beberapa media lain saya terima. Saya menulis untuk tiga media. Padahal hal itu adalah haram di media besar.
Tapi uang adalah orientasi saya. Saya sudah mulai kehilangan arah di kerjaan ini. Padahal saya masih muda dan butuh beberapa tantangan lagi.
Uang memang banyak tapi itu semua palsu saya merasa rasa nyaman ini lama-lama mmebunuh. Saya sudah mulai males untuk terjun ke lapangan. Saya bahkan mungkin sudah kehilangan passion saya kepada nulis menulis, yang saya pikirkan hanya uang?
Apa hasilnya? Saya sudah bisa berkeluarga sebenarnya dengan bayaran di tiga media itu belum lagi ceperan dari iklan ini dan itu. Tapi batin saya tersiksa. Saya tidak boleh berhenti di sini. Ini adalah jalan curang.
Saya tidak ingin setiap hari pikiran saya adalah mencari uang bukan mencari berita. Bukan bukan itu.
Apalagi media besar itu telah kehilangan manajer saya yang bertugas ngoprak-ngopraki. Seperti raja memang. Tapi dengan keadaan tetap begini saya merasa tidak produktif lagi.
Saya tinggalkan media besar itu, saya butuh tantangan lagi. Saya ingin menulis hal-hal yang kreatif lagi saya ingin belajar lagi. Saya tidak boleh berhenti dan settle di sini.