Mohon tunggu...
Bob S. Effendi
Bob S. Effendi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Konsultan Energi

Konsultan Energi, Pengurus KADIN dan Pokja ESDM KEIN

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

ESDM: Target EBT 23% Sulit Tercapai; Pintu Nuklir Terbuka

15 Juni 2017   19:07 Diperbarui: 1 Juli 2017   08:45 1792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Walaupun banyak hal yang menyebabkan terjadinya de-industrialisasi terjadi tetapi bila di ambil pendapat banyak pakar salah satu alasan utama adalah tidak adanya listrik dan biaya energi yang mahal. Bila tren de-industrilisasi ini terus berlangsung maka Indonesia akan masuk dalam perangkap middle income trap yang pernah saya bahas dalam tulisan saya terdahulu, "De-Industrialisasi Ancam Indonesia Jadi Negara Gagal"

Bahkan Menteri Keuangan, Sri Mulyani memiliki kekuatiran yang sama

"Sementara Indonesia, lanjut dia, saat ini pendapatan per kapitanya baru mencapai 3.600 dolar AS. Dengan kondisi tersebut, Sri Mulyani ingin indonesia tidak terjebak. [dalam middle income trap]...Saya ingin negara RI tidak terjebak. Karena kalau terjebak dalam pendapatan menengah akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi akan terhambat"

Untuk dapat menghindari perangkap tersebut maka PDB per kapita Indonesia pada 2025 harus tembus $6000 pada 2025 atau dari sisi energi konsumsi listrik harus di atas 2000 Kwh per capita dari saat ini sekitar 900 kwh.

RUEN mengasumsikan pada tahun 2025 terpasang 138 GW maka konsumsi listrik mencapai 2500 Kwh per Kapita, tetapi angka konsumsi tersebut mengasumsikan bahwa rata-rata kapasitas faktor pembangkit dan daya mampu meningkat yang menurut saya sangat di ragukan. Bila memakai keadaan saat bahwa kapasitas terpasang 55 GW dengan konsumsi 217 TWh atau 900 Kwh/capita maka dengan aritmatika sederhana kita dapat kan untuk 138 GW akan menghasilkan konsumsi per capita 1,900 KWh.

Berdasarkan data empiris di dunia setiap 1 kwh konsumsi listrik akan memberikan kontribusi PDB sekitar $4 - $5. Dalam hal Indonesia selama 10 tahun terakhir berdasarkan data ESDM dan PLN  rata-rata kontribusi PDB untuk setiap 1 kwh sekitar $3.9 -- Maka dengan konsumsi 1900 Kwh pada 2025 akan menghasilkan PDB per kapita $7410.

Artinya sederhana bahwa pada tahun 2025 bila tidak ingin terjebak masuk dalam perangkap middle income trap maka target 138 GW atau minimum 115 GW harus dapat di capai sehingga PDB per capita dapat tembus $6000 dan lolos dari perangkap middle income trap.

Dan target 138 GW tidak mungkin tercapai tanpa masukanya PLTN dalam skala besar kedalam bauran energi.

Keempat : Inovasi Sebagai Motor Pertumbuhan Ekonomi

Presiden Jokowi mengatakan bahwa Indonesia sedang bersaing dengan bangsa lain untuk itu harus terbuka dan berani berinovasi untuk menjadi bangsa pemenang.

Kata kuncinya adalah "Berani Berinovasi", Presiden menyadari sekali bahwa hanya melalui tantangan inovasi sebuah bangsa menjadi bangsa besar atau bangsa Pemenang. Hal sama juga di sampaikan oleh Bapak Pendiri Bangsa, Soekarno pada tahun 1958 ketika bangsa ini baru 13 tahun merdeka bahwa Untuk menjadi bangsa besar Indonesia harus menguasai Nuklir dan Antariksa.

Mengapa Nuklir dan Antariksa ? Karena Nuklir dan Antariksa adalah teknologi termaju pada tahun 50'an dan Soekarno sadar bahwa Bangsa yang baru lahir ini harus di berikan tantangan inovasi teknologi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun