"....bukankah tadi Sutinah mengaku pulang ke rumah orang tuanya, tetapi kenapa ia sendirian saja?" gumamnya dalam hati
Belum habis rasa penasaran Jumadi, Sutinah keluar dari dapur dengan membawa dua cangkir teh panas dan sepiring grontol jagung.
"Mari Bang diminum, ini grontol jagungnya juga masih hangat, ayo dimakan..." suara Sutinah terdengar menggoda, tersenyum sambil memandangi wajah Jumadi. Tidak berfikir panjang, Jumadi segera melahap grontol jagung dan meneguk teh hangat yang disajikan Sutinah. Entah mengapa terasa nikmat sekali, bahkan terus dan terus sampai butiran grontol jagung terakhir, tanpa disadari Sutinah sudah menempel erat sambil mengelus-elus Jumadi yang mulai kehilangan kesadaran normalnya, larut dalam cumbu mesra, asyik mahsyuk  bersama Sutinah, begitu indah dan menggairahkan. Saat itu Jumadi bahkan tidak mendengar suara kokok ayam bersahut-sahutan menandai pagi...
Dari luar, Kirun bersama Alfian datang berteriak mencari dan memanggil-manggil Jumadi. Mereka berdua melihat ada sepeda motor tersankut di atas cabang Akasia dekat gudang pallet tetapi tidak menemukan keberadaan Jumadi. Setelah Kirun dan Alfian mendobrak masuk ke dalam gudang tua itu, Jumadi ditemukan tergeletak tak sadarkan diri, di salah satu sudut ruangan pengap  penuh dengan kotoran tikus yang butirannya berserakan dimana-mana. (BERSAMBUNG) Â
Kaki Merapi, 24/04/2021 Â 01.51 WIB
DISCLAIMER: cerita ini hanya fiksi belaka, jika ada kesamaan tempat dan nama tokoh juga sebuah fiksi kebetulan saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H