Perempuan muda dan cantik di hadapan Jumadi, meskipun sedikit tertutupi rambut panjang sebahu, tidak dapat menyembunyikan raut wajahnya yang tampak sedih sekali. Ia lebih banyak diam dan menunduk. Mungkin baru berkelahi sama suaminya atau pacarnya? Jumadi menebak-nebak dalam hati.
"Adek namanya siapa?".. Jumadi mencoba memulai pembicaraan untuk mencairkan suasana. Malam lembab yang mulai beranjak dinihari, suara burung hantu dan jangkrik menambah tajam suasana, dan semilir angin berhembus dari gudang pallet menyibak-nyibak kecil rambut perempuan penumpang ojek Kirun tersebut.
" Nama saya Sutinah, Bang..." dengan suara lembut tetapi terasa berat perempuan itu menjawab pertanyaan Jumadi, tetap menundukkan wajahnya. Dari sela-sela rambutnya, tampak wajah yang lebam membiru di beberapa titik, seperti bekas penganiayaan. Jumadi semakin yakin jika perempuan muda dan cantik ini adalah korban kekerasan dari suami atau pacarnya.
"Udah jam sebelas malam begini koq masih jalan, mang Dik Tinah ini dari mana?"
"Saya baru pulang dari jauh Bang..."
"Pulang dari jauh?! Dari jauhnya itu darimana? Hehehehe... mbok yang jelas Dek...?"
"Saya pulang dari rantau Bang..."
"oo... koq pulangnya ke Pondok Kulon? di sebelah mananya...? kamu anaknya siapa, koq saya belum pernah tau ya..?" Jumadi semakin penasaran, diraihnya thermos tadi sembari menuang kopi cangkir kedua. Suara burung hantu dari kebun sawit belakang gudang palet membuat bulu kuduk Jumadi berdiri... Â
"..dulu rumah saya di sana, saya sudah lama meninggalkan rumah.." jawaban perempuan itu semakin membingungkan Jumadi.
"ini minum dulu, biar lebih tenang, saya lihat Adek sedang ada masalah..." sambil menyodorkan Kopi yang baru saja dituang dari thermos, Jumadi mencoba mencairkan suasana. Bulu kuduknya masih berdiri, sesekali Ia mencium aroma melati. Dalam hati Jumadi mencoba menenangkan diri, mungkin asalnya dari belakang pos jaga karena si Alfian memang suka tanam-tanam bunga..
Sutinah segera mengambil secangkir kopi yang disodorkan Jumadi dan meminumnya panas-panas...