"Bu Roby, tolong bantu Ibu ini, ambilkan vitamin dan susu kemasan, di lemari, kamar sebelah."Â
"Iya bu bidan Nur."
"Untuk data anak dan bayi yang mengalami stunting, akan saya bawa datanya besok bu Roby, ke kota tanjung redeb. Sekalian mengambil jatah tambahan obat-obatan. Karena stok obat mulai menipis." jelas bu Bidan Nurhasanah.
Biasa bu bidan Nurhasanah, sebulan sekali pergi ke kota, untuk mengambil jatah obat buat Puskesmas. Kalau Pak Eko kembali dari tanjung redeb ke kampung transmigrasi, dia tidak jadi berangkat.
Komunikasi satu-satunya, melalui pesawat Radio SSB yang terpasang dikantor kepala Unit pemukiman transmigrasi. Berita yang diperoleh, akan diberikan kepada petugas negara yang ada dikampung tersebut, sesuai pesan yang ditujukan pengirim berita.
Pak Eko, sebagai Mantri, jarang berada di kampung transmigrasi. Itu sebabnya pula menjadi keluhan warga kampung. Apalagi kampung transmigrasi, kemampuan ekonomi warga sangat rendah, mereka tak sanggup kalau harus membayar, berobat di kampung lain.
***
Sebenarnya, bu bidan Nurhasanah, diam-diam menaruh hati dengan mantri Eko, sayangnya, mantri Eko sudah mempunyai tunangan di kota. Selain gagah, mantri Eko juga tergolong orang yang berada.Â
Namun, kedatangan Pak guru baru dari Kota Samarinda, menjadi perhatian bu Bidan. Pak Rohmat dalam penilaian bu bidan, orangnya ramah, sopan, dan gagah juga.Â
Sepulang dari Puskesmas, bu bidan mampir ke rumah Pak Rohmat. Bu bidan mendaki jalan setapak, dibukit kecil menuju rumah dinas kopel yang dihuni guru baru tersebut.
"Assalamualaikum, tok-tok-tok." Bu bidan mengetuk dinding beberapa kali, pintu rumah terbuka. Dan terlihat dibelakang rumah, seseorang sedang memasak. Hanya saja, kurang sopan kalau langsung masuk rumah orang lain.