"Lagi memperhatikan bu Bidan nih?, naksir ya." gurau Pak Badina.Â
"Ah, Pak Badina bisa saja. Siapa sih yang gak suka sama bu Bidan. Saya sudah kerumahnya, kemarin."
"Oh ya!, kok saya gak diajak Pak Rohmat, luar biasa Pak Rohmat ini, main gas aja, hahaha." Canda Pak Badina, sambil tertawa lepas.
***
Kedua Pak guru itu berangkat kesekolah, menelusuri jalan yang sama dilewati bu bidan Nurhasanah. Hanya saja mereka mengambil jalan lurus, dan memotong jalan melalui balai desa.Â
Mereka disambut rerumputan dan ilalang yang setinggi badan. Mereka menerabas ilalang tersebut, dan persis sampai dibelakang rumah penjaga sekolah.
Sekolah tempat kedua Pak guru baru bertugas tersebut, berada tidak jauh dari bibir sungai kecil yang membelah desa. Disamping sekolah, terdapat dua rumah dinas, yaitu rumah Kepala sekolah dan penjaga.Â
Selain mereka berdua, ada dua lagi guru baru, yaitu Pak Masir dan Pak Mufid. Keduanya, menempati rumah dinas, disamping sekolah. Pak Masir dirumah penjaga sekolah, dan Pak mufid dirumah dinas kepala sekolah, karena dia memboyong keluarganya.
Selain mereka berempat, sekolah tersebut sudah diajar oleh guru honorer sekolah, yang gajinya dibayar oleh Dinas transmigrasi. Sekolah tidak memiliki kepala sekolah dan penjaga. Pimpinan sementara, ditunjuk Pak Sueb, sebagai Kepala Sekolah oleh Kepala pemukiman transmigrasi.
***
Bu bidan Nurhasanah, terlihat sibuk. Dibantu beberapa kader Posyandu dan Ibu-ibu PKK, terlihat bu bidan memeriksa bayi yang ditimbang, dan diperiksa kesehatannya.