Mohon tunggu...
Blogger Kompasiana Reenactor
Blogger Kompasiana Reenactor Mohon Tunggu... Administrasi - Akun Official BKR - Blogger Kompasiana Reenactor

Akun Official BKR - Blogger Kompasiana Reenactor

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jelajah Sejarah Malang: Peristiwa Jalan Salak, 31 Juli 1947

7 Agustus 2020   15:26 Diperbarui: 7 Agustus 2020   15:26 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PERISTIWA AM-TRACK DAN GUGURNYA 35 ANGGOTA TENTARA REPUBLIK INDONESIA PELAJAR (TRIP) JAWA TIMUR TANGGAL 31 JULI 1947

1. Keadaan Pasukan TRIP BATALYON 5000/Malang

Pasukan TRIP Batalyon 5000/Malang terdiri dari pelajar:

a. Sekolah Pertanian Menegah Tinggi (SPMT)

b. Sekolah Pertanian Menengah (SPM)

c. Sekolah Menengah Tinggi (SMT)

d. Sekolah Menengah Pertama (SMP)

e. Sekolah Teknik (ST)

Tanggal 18 Juli 1947 adalah masa selesainya ujian akhir dan kebetulan bertepatan dengan bulan puasa. Maka ada liburan pnjang. Anggota Pasukan TRIP Batalyon 5000yang berasal dari luar kota Malang banyak yang berlibur ke kampung halaman mamsing-masing, sehingga tinggal sebagian saja yang menetap di Malang. Anggota yang tinggal di Malang, kurang lebih berjumlah 1,5 seksi, terdiri dari Kompi 5100 dan 5200 ditambah 1 seksi dari TRIP Batalyon 1000. Sebelum Agresi Militer Belanda I tanggal 21 Juli 1947 dilancarkan, kompi tersebut dikirim ke Besuki untuk membantu TRIP BATALYON 4000/Besuki untuk tugas People Defence.

Tugas People Defence di pedesaan adalah memberikan penerangan dan menggugah rakyat untuk mengadakan perlawanan bila sewaktu-waktu Belanda menyerang. Semua itu dilaksanakan dalam rangka Perang Rakyat Semesta (PERATA), sebagimana diatur dalam sistem pertahanan yang kita anut dan disebut sistem pertahanan rakyat semesta (Sishankamrata).

Selain yang dikirim ke daerah Karesidenan Besuki, ada juga yang dikirim ke daerah Prigen-Tretes-Trawas, juga untuk melaksanakan People Defence, namun sekaligus dengan membawaperintah bilamana sewaktu-waktu Belanda menyerang, mereka wajib untuk menghadapinya.

Oleh karena saat itu situasi gawat, anggota TRIP Batalyon 5000 yang masih berada di Kota Malang berjumlah kurang lebih 150 orang saja, yang terdiri dari gabungan berbagai sekolah menengah yang terbagi kedalam 4 seksi dengan persenjataan yang bermacam-macam pula. Selain kelompok 150 orang tadi, ada pula bantuan dari TRIP Batalyon 3000 Kediri dengan kekuatan 2 seksi yang dipimpin oleh Duryatmojo.

2. Pembagian Sektor Pertahanan Kota Malang

Pada tanggal 28 Juli 1947, oleh Pimpinan Divisi VII yang diwakili oleh Kolonel Bambang Supeno, dikumpulkan para pimpinan atau wakil-wakil pasukan yang ada di Kota Malang dan penanggungjawabnya. Pertemuan itu membuahkan hasil sebagai berikut: Sektor Timur dipertanggungjwabkan kepada TNI, Sektor Tengah kepada Brigade Mobil (Brimob), Laskar Barisan Pemberontak Republik Indonesia (BPRI) dan Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS).

Sedangkan Sektor Barat, dipertanggungjawabkan kepada TRIP Batalyon 5000 yang kekuatannya hanya kurang lebih 150 orang. disamping membicarakan sektor pertahanan Kota Malang, telah diputuskan pula bahwa mengingat kekuatan menjadi tidak seimbang lagi dan tidak menguntungkan bagi pasukan, baik dalam jumlah personil, persenjataan dan segi lainya, maka Kota Malang tidak perlu dipertahankan mati-matian, tetapi masuknya pasukan Belanda cukup dihambat, kemudian dasecara bertahap pasukan mundur.

Berdasarkan keputusan dari pertemuan tersebut, pimpinan TRIP Jawa Timur selanjutnya memutuskan untuk mengambil langkah-langkah mencari basis sementara di Kepanjen dan tugas ini diberikan ekpada Susanto Darmojo (Komandan Batlyon TRIP 5000). Pencarian dan penentuan basis baru yang tetap, ditugaskan klepada Muljo sujono (Wakil Komandan TRIP Jawa Timur) yang berhasil menemukannya di Desa Gabru (Tegalsari), Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar.

3. Keadaan Kota Malang 30 Juli 1947

Sebagian warga Kota Malang saat itu sudah mengungsi keluar kota. Pasukan Belanda sudah menduduki Singosari dan pasukan depannya sudah menduduki Blimbing (5 km utara Kota Malang). Rasa was-was menyelimuti semua orang yang masih ada didalam kota, termasuk anggota Batalyon TRIP 5000, karena dapat dipastikanBelanda akan menyerang Kota Malang dari dua arah, yaitu dari Singosari=> Malang dan Batu => Malang.

Pertahanan Batalyon TRIP 5000 diarahkan untuk menghadapi pasukan Belanda yang diperkirakan berasal dari Batu. Pertahan Pasukan TRIP Batalyon 5000 dipusatkan di sepanjang Jalan Ijen dan sekitarnya serta dibagi kedalam sub sektor-sub sektor serta menempatkan pos tinjau di pojok Jalan Oro-oro Dowo (sekarang Jalan Brigjen Slamet Riyadi), Jalan Sumbing, Jalan Bareng Tenes dan Jalan Welirang.

Rencana lini kedua dipersiapkan di rel lori pengangkut tebu menghadap ke arah timur, serta daerah Betek (penggiran kota Malang sebelah barat, sekarang Jalan Mayjen D.I. Pandjaitan) dan sebelah selatan berada di daerah Bandulan (Jalan Ichwan Ridwan Rais) menghadap keluar kota.Markas Komando TRIP Jawa Timur yang berada di Kepanjen, bersebelahan dengan Pasukan KRIS yang tidak menentu kedudukannya walaupun sudah ditentukan di sektor tengah. Bahkan sempat bentrok dengan BRIMOB, TRIP dan CPM.

Pada tanggal 30 Juli 1947 malam, keadaanKota Malang gelap gulita dan sunyi sepi. Komunikasi antar pasukan samasekali terputus, karena memang tidak ada radio. Untuk itu, maka semua keputusan berasal dari inisiatif koamandan sektor masing-masing. Pasukan TRIP tidak mengetahui sama sekali, mengapa sektor tengah dan sektor timur kosong.

Perkiraan TRIP, mungkin pasukan itu tidak diajukan lebih ke depan atau sebaliknya memang sudah ditarik sama sekali keluar kota. Inilah akibat komunikasi yang terputus dan Pasukan TRIP tetap memegang kesepakatan hasil pertemuan tanggal 27 Juli 1947, yakni bahwa Kota Malang tidak perlu dipertahankan dengan gigih, tapi cukup dipertahnkan dengan cara menghambat gerak maju Pasukan Belanda,sehingga Pasukan TRIP Batalyon 5000 tetap bertahan didaerah yang menjadi tanggung jawabnya.

4. Gugurnya 35 Orang Anggota TRIP Jawa Timur

Sesuai hasil pertemuan para Komandan yang ada di Kota Malang pada tanggal 28 Juli 1947, Trip Batalyon 5000 ditetapkan mempertahankan sektor barat kota, maka kemudian sektor ini dibagi menjadi 3 sub sektor dan penempatan pasukan diatus sebagai berikut:

a) Sub sektor "A", penempatan pasukan disepanjang Jalan Ijen Utara, dengan personil berasl dari SPMA, SMP dan ST dipimpin Riyanto.

b) Sub sektor "B", penempatan pasukan disepanjang Jalan Ijen Selatan, yang terdiri dari personil gabungan Mahasiswa, SPMA, SMP dan ST dipimpin Sucipto.

c) Sub sektor "C", penempatan dua seksi pasukan TRIP Batalyon 3000/Kediri dibawah pimpinan Duryatmojo, tepatnya di simpang tiga Jalan Kawi sampai Jalan Ijen, ke arah timur sampai Kompleks Bareng Bandarangin. di sektor pertahanan ini, ada senior Staf TRIP Pusat, Sudarto dan Komandan TRIP Jawa Timur, Mas Isman.

Pada sekitar pukul 08.45 WIB, tiba-tiba dari kejauhan terdengarlah suara pesawat Belanda yangsemakin lama-semakin dekat. Tiba-tiba terdengan suara tembakan dari salah satu sektor. entah, sektor yang mana. Penembakan itu sama saja dengan memberitahukan tempat kedudukan TRIP kepada pesawat pengintai Belanda tersebut,sehingga pihak Belanda sudah mengetahui secara persis kedudukan Pasukan TRIP. Sekitar pukul 09.00 WIB, Susanto Darmojo (Komandan Pasukan TRIP Batalyon 5000) datang dari Kepanjen untuk mengontrol anak buahnya tiba di Malang dan menemui Subiantoro di Jalan Ijen.

Waktu telah menunjukkan pukul 10.00 WIb, ketika kiriman nasi bungkus untuk sarapan pagi datang dari dapur umum dan sebagian anggota Pasukan TRIP sedang menikmati sarapan paginya di tempat pertahanan masing-masing, tiba-tiba terdengar rentetan senapan otomatis maupun tembakan satu per satu dari kejauhan.

AM-TRACK Belanda telah menyerbu kedudukan Pasukan TRIP! AM Track tidak hanya mengejar dan menembaki Pasukan TRIP, namun juga menggilas mereka. Maka berguguranlah remaja-remaja siswa sekolah menengah itu satu persatu hingga jumlahnya mencapai 35 orang. Pada saat itu, Soesanto masih berada ditengah-tengah anak buahnya yang dipimpin Sucipto. Dalam upaya mencari bantuan, Soesanto tertembak secara terpisah saat naik motor di dekat gereja di seberang Jalan Salak hingga menabarak bangunan dan meningggal.

Mengetahui situasi yang tidak menguntungkan ini, serta kondisi mental dan fisik dari pasukan, logistik dan organisasi, maka Mas Isman, Komandan TRIP Jawa Timur beserta staf segera mengambil inisiatif untuk meninggalkan Malang dan menuju basis baru yang sudah disiiapkan sebelumnya, yaitu desa Gabru, Kediri untuk Komando II (Batalyon 3000) dan Markas alternatif Tegalsari Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar. Sedangkan Markas Komando I (gabungan Batalyon 1000 dan 2000) bermarkas di Madiun. Kemudian anggota Pasukan TRIP yang gugur sebagai kusuma bangsa dimakamkan dlam satu liang lahat di Jalan Salak dan untuk mengenang perjuangan TRIP, Jalan Salak diubah menjadi Jalan Pahlawan TRIP sekarang.

(Seperti dituturkan oleh pelaku, anggota TRIP Jawa Timur dalam pembekalan Napak Tilas Route Gerilya Ex TNI Be 17 TRIP Jawa Timur oleh Satuan Resimen Mahasiswa 812/Macan Kumbang Universitas Muhammadiyah Malang, Juni 1996)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun