Mohon tunggu...
Bambang Kuncoro
Bambang Kuncoro Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Wisdom. URL https://www.kompasiana.com/bkuncoro

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Anggota Dewan Yang Terhormat

20 September 2019   13:52 Diperbarui: 20 September 2019   13:58 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Screenshoot Apps GRATis milik KPK

Hasil meeting membuyarkan rencanakku. Tadinya, jika aku yang mendapat tugas sebagai peliput topik utama ini, bisa dipastikan namaku akan semakin di kenal oleh rekan-rekan wartawan senior.  

Dengan masih agak kesal, aku menyingkir ke salah satu meja.  Baru sekarang aku merasa lapar.  Di meja kulihat sebungkus oreo dengan warna dan disain khasnya, biru muda, biru tua dan putih.  Tanpa bertanya-tanya lagi milik siapa, aku ambil saja satu dan segera kulahap.  Rasa biskuit kesukaan ku sejak kecil sedikit menenangkan suasana.  Lalu aku berpikir mencari siapa narsum untuk liputan humanis ini.  

Sambil terus berpikir, bungkusan biskuit yang aku mainkan di tangan mau tidak mau aku lihat secara teliti.  Ternyata mereknya bukan oreo, melainkan borneo.  Tiba tiba rasa biskuit yang tadinya enak jadi terasa aneh.  Bersamaan munculnya rasa aneh itu memicu munculnya ide narsum.  Aha, untuk liputan humanis ini narsum ku tidak lain Pak Tarno.  Maka aku segera berdiri, mencari air minum sebentar dan selanjutnya ke ruang tunggu supir.

Tidak berapa lama setelah bertanya kesana kesini, aku menemukan Pak Tarno di ruang tunggu supir.  Kemudian aku ceritakan tujuan ku untuk mewawancarainya.  Ia pun mengiyakan.  

Dari hasil wawancara itu, aku pun tahu cukup banyak kehidupan Pak Tarno.  Pak Tarno ternyata adalah supir anggota dewan Bapak A.  Sungguh sebuah kebetulan.  Pak Tarno mempunyai 7 orang anak, 6 perempuan dan yang paling kecil laki-laki.  Pada saat anak nya baru dua dan istrinya ingin berhenti melahirkan, Pak Tarno meminta ijin untuk kawin lagi dengan alasan igin memperoleh anak laki-laki.  Tetapi karena akhirnya sang istri menyetujui akan melahirkan terus sampai memperoleh anak laki-laki, sehingga Pak Tarno tidak jadi kawin lagi.  

Anak yang pertama lulusan STM Mesin dan kini menjadi pengemudi ojek online.  Jika ada kelebihan pendapatan seperti dahulu di awal-awal booming ojek online, dia bisa menyisihkannya untuk membantu keuangan keluarga.  Tapi kini lebih sering tekor karena motor tua nya sering ngadat.  Alhamdulillah Ilmu di STM terpakai untuk otak-atik mesin motor.  Anak nomor 2 & 3 saat ini masih kuliah di perguruan tinggi.  Pak Tarno harus menghadapi kenyataan tingginya biaya SPP semesteran di Universitas.  Dan ini membuat Ia pusing tujuh keliling.  Anak nomor 4 duduk di SMA, dan yang nomor 5 masih di bangku SMP.  Sedangkan 2 anak terakhir masih balita.  Dengan kondisi 2 anak kuliah dan 2 anak lainnya masih sekolah, keuangan keluarga sangat berat.  Belum lagi 2 anak yang paling kecil masih membutuhkan banyak susu.  Sehingga istrinya pun ikut mencari uang dengan kerja serabutan, kadang menjadi pembantu online atau menjadi makelar ayam di pasar, bahkan bila kondisi dapur memaksa ia juga ikut angkat karung beras.  

Pak Tarno setiap pagi sekali berangkat menggunakan motor butut dari kontrakannya di pinggiran kota.   Dan sering kali pulangnya larut malam, karena memang tuntutan pekerjaan.  Orang rumah sudah memakluminya.  Apalagi jika kadang-kadang membawa tambahan uang.  Seperti beberapa waktu lalu di batas-batas akhir pembayaran SPP kuliah 2 anaknya, Pak Tarno berhasil membawa sejumlah uang.  Bapak Anggota Dewan A menjadi seorang pahlawan bak dewa penyelamat.  

Aku pun salut dengan Pak Tarno, ditengah himpitan ekonomi yang berat, dia tetap tabah dan tetap memilih untuk suka bercanda.  

Setelah aku merasa banyak info yang sudah tergali, meskipun belum tahu dari sudut mana nanti  ulasannya, aku pun sedikit berbenah.  Tiba-tiba Pak Tarno badannya menggeser mendekat.   Menyadari bahwa aku agak menunjukkan sedikit bahasa tubuh agak risih, lalu ia cepat-cepat menjulurkan tangannya yang memegang smartphone dalam posisi menunjukkan sambil bertanya, "Mbak Stefani, facebooknya apa?".  
Dalam hatiku berkata, "ini Pak Tarno ko mulai aneh-aneh?" Melihat aku agak ragu-ragu membagi facebook ku, ia segera membuka diri dengan menunjukkan isi facebook nya sambil berkata, "Bukan apa-apa Mbak Stef, saya kalau nunggu Bapak A, hiburannya salah satunya yang main facebook Mbak."  Kemudian dia memperlihatkan satu-persatu isi facebooknya, mungkin masksutnya supaya menunjukkan bahwa isinya tidak ada yang aneh-aneh.  Lalu mataku tertarik pada beberapa foto yang jumlahnya cukup banyak dimana Pak Tarno berpose dengan temannya. 

Dengan insting jurnalisme ku yang mulai terasah, Lalu aku mencoba bertanya "ini siapa Pak Tarno?"  Dengan tersenyum Pak Tarno berkata, "Ini si Bejo, supir Bapak K".  Seakan-akan insting jurnalisme ku mendapat bahan bakar, maka aku pun  mulai mengejarnya, "Ko banyak sekali foto-foto dengan Pak Bejo?" tanyaku mencoba mamancingnya.
"Bener Mba, Bejo ini sesama supir yang paling dekat dengan saya karena sering ketemu saat menunggu tuan kami," jelas Pak Tarno.  

Keingintahuannku semakin dalam.  "Sering ketemu gimana Pak?" desakku.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun