‘ONE DAY NO RICE' DAN PENGANEKA RAGAMAN PANGAN
- Dilihat dari sudut konsumsi, pemenuhan pangan Indonesia sebenarnya sudah cukup baik. Tabel 1 menunjukkan bahwa konsumsi per kapita per hari untuk energi dan protein berada diatas standar kebutuhan gizi yang dianjurkan.
Tabel 1. Konsumsi Energi dan Protein per Kapita per Hari
Konsumsi per kapita per hari
2002
2005
2008
Standar Ketentuan
Energi (kkal)
1986
1997
2038
2000
Protein (gram)
54,14
55,27
57,43
52,0
- Namun demikian, kualitas konsumsi pangan tidak dapat hanya dilihat dari tingkat pemenuhan kebutuhan energi dan protein itu saja, tetapi juga harus dilihat dari mana energi (kalori) dan protein itu diperoleh. Atau dengan perkataan lain, bagaimana tingkat keragaman pangan kita.
- Salah satu permasalahan dalam kualitas konsumsi pangan kita adalah besarnya dominasi beras sebagai sumber karbohidrat (energi / kalori). Disamping itu permasalahan peningkatan konsumsi terigu-gandum yang hampir seluruhnya impor juga merupakan permasalahan tersendiri. Tabel 2 menunjukkan peningkatan peran beras didalam sumber pangan karbohidrat / energi di Indonesia.
Tabel 2. Peran Beras, Jagung, Ubi-ubian dan Terigu dalam Konsumsi Karbohidrat Masyarakat Indonesia
Tahun
% terhadap total konsumsi karbohidrat
Beras
Jagung
Ubi-ubian
Terigu
1954
53,5%
18,9%
28,3%
0%
1987
81,1%
7,8%
10,1%
1%
1999
82,0%
3,1%
8,8%
4,1%
2008
86,6%
0,7%
7,1%
6,3%
- Konsumsi beras masyarakat Indonesia juga relatif tinggi - bahkan salah satu yang tertinggi di dunia - jika dibandingkan dengan konsumsi masyarakat di negara-negara lain. Di Jepang konsumsi beras mencapai 50 kg/kap/tahun, Malaysia 80 kg/kap/tahun, Thailand   70 kg/kap/tahun, Indonesia : 139,15 kg/kap/tahun, Korea 40 kg/kap/tahun; sedangkan rata-rata dunia hanya 60 kg/kap/thn.
- Disisi lain konsumsi sumber gizi lainnya - misalnya protein atau serat / vitamin - Indonesia tergolong rendah. Tabel 3 menunjukkan perbandingan konsumsi tersebut.
Tabel 3. Â Â Perbandingan Konsumsi Daging, Sayuran, dan Telur Masyarakat Indonesia dan beberapa negera tetangga (Kg/kap/tahun)
Negara
Daging
Sayuran
Telur
Indonesia
11,9
49,7
14,8
Filipina
19,0
34,2
31,7
Thailand
23,3
41,1
31,1
Malaysia
43,0
47,2
41,9
- Program penganeka ragaman pangan terutama bertujuan untuk meningkatkan asupan gizi masyarakat dan mengurangi ketergantungan terhadap satu jenis pangan tertentu. Dalam 40 tahun pengalaman penganeka ragaman pangan ternyata ada dua faktor yang paling berpengaruh : 1) peningkatan pendapatan, dan 2) peningkatan pengetahuan dan kesadaran. Semakin tinggi pendapatan seseorang makan pola makannya semakin beragam dan tingkat konsumsi berasnya menjadi lebih rendah. Demikian juga dengan pengetahuan, semakin tinggi pengetahuan dan kesadarannya maka semakin beragam pula pola makannya.
- ‘One Day No Rice' hanya merupakan salah satu kegiatan dari usaha percepatan penganeka-ragaman pangan. Satu hari tanpa nasi diharapkan akan dapat mendorong konsumsi sumber karbohidrat lain. Dan tentu bukan beralih ke terigu-gandum. Bahkan akan juga baik jika dikombinasikan dengan "One Day No Wheat'.
- Indonesia memiliki sangat banyak bahan lokal non beras untuk karbohidrat, seperti sagu, sukun, ubi jalar, ubi kayu, pisang, dsb.
- Disamping itu mengurangi konsumsi beras satu hari juga akan mengurangi tekanan kebutuhan beras. Jika dilakukan di seluruh Indonesia berarti setara dengan pengurangan kebutuhan +/- 90 ribu ton beras. Dan kalau bisa mengurangi konsumsi beras satu hari setiap bulan maka akan setara dengan pengurangi kebutuhan 1,1 juta ton beras.
Bayukrisnamurthi/onedaynorice/14okt2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H