Mohon tunggu...
Biyanca Kenlim
Biyanca Kenlim Mohon Tunggu... Pekerja Mıgran Indonesia - Yo mung ngene iki

No matter how small it is, always wants to be useful to others. Simple woman but like no others. Wanita rumahan, tidak berpendidikan, hanya belajar dari teman, alam dan kebaikan Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Di Ini Semua Salah Jokowi

4 Januari 2016   15:03 Diperbarui: 6 Januari 2016   14:50 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 "oohh ituu..si Andy F Noya maksudmu  tooh... inget skrang, kok kamu bisa kpikir kesana Di?"

 "iyaa kan belakangnya sama ada Noya nya"

 "bukaann..."  ku kibaskan tanganku di depan wajah. "kamu ini ngarang saja, ini branding rumah makan dari Jepang, sudah sudaah..makan dulu"! Lirik ku keki.

 Saya hentikan obrolan ketika layar menunjukan nomer antrianku, aku beranjak mengambil pesanan.

 Teeng...teeeng...begitu bunyi klakson dari kendaraan ini, Tram namanya ,  tin che nama kantonisnya yang artinya "mobil listrik" (tin: listrik, che: mobil) tapi lebih familiar di sebut "teng teng", angkutan umum yang murah meriah dengan kenyamanan tak di ragukan.

 Hanya hk$2.50cent untuk segala tujuan jarak dekat jauh, hk$2 dolar untuk lansia juga anak anak, di waktu special tertentu bahkan pemerintah membebaskan tarif untuk para lansia, ya di Hong Kong para lansia begitu di pedulikan .

 Sengaja kami naik teng teng di bagian atas, agar bisa menikmati perjalanan ke Saiwanho dari Coswaybe sini dengan santai. Ku biarkan Di memanjakan pandanganya ke luar jendela kaca, kadang tampak bergumam lirih, tersenyum, menunjuk sesuatu,  atau tatapan berbinar , entah apa yang di pikirkannya.

"tertib dan disiplin yah mbak pengguna jalan raya juga pejalan kakinya"

 "tidak semrawut dan seenaknya sendiri seperti yang biasa Di lihat di kampung apalagi di kota Indonesia, gak pengendara, gak pejalan kaki, gak pedagang, gak pengaturnya, rieweehh.. gak karuan, yang ngatur dan di atur sama saja pelanggar peraturan"

 Di bersungut sendiri tanpa terlihat meminta jawaban.

 Ku perhatikan tingkah dan penampilanya,  ada  perasaan perih di rongga dada ketika ku lihat sosoknya, tubuh yang tampak kurus kurang gizi, pakaian kumal tak terurus, juga sepatu dekil yang sudah tampak lobang di ujung kedua jempolnya, hatiku menangis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun