Mohon tunggu...
BJ Qolbi
BJ Qolbi Mohon Tunggu... Jurnalis - Hidup itu adalah pilihan! Maka pilihlah jalan terbaik yang bisa kita hadapi dengan sikap terbaik

Semesta adalah objek kajian utama dalam hidupku, karena dibalik semesta masih banyak keilmuan Tuhan yang masih tersembunyi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Al-Qomah, Seorang Anak yang Durhaka pada Ibu

22 Desember 2018   17:25 Diperbarui: 23 Desember 2018   15:17 4121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siang Ini, salah seorang teman bertanya kepadaku.

"Bagaimana hukumnya jika ada seorang istri yang cemburu kepada sang suami. Karena, sang suami lebih mencintai ibunya?"

Sontak saja, memoriku teringat kepada sebuah kisah di masa lampau pada Zaman Rasulullah yang tentu saja akan selalu membekas kepada para pengikutnya yang memiliki hati.

Kisahnya seperti ini ...

Di masa kenabian Nabi Muhammad saw, dulu ada seorang lelaki bernama Alqomah. Dia seorang yang rajin dalam masalah ibadah shalat, puasa dan sedekah. Al-Qomah tidak pernah meninggalkan majelis Rasulullah saw. Dia sangat jujur dalam urusan uang dan timbangan. Al-Qomah juga merupakan salah satu orang yang sangat mencintai ibunya, ia selalu mengutamakan kehidupan ibunya agar bisa bahagia.

Namun, semua berubah ketika Al-Qomah sudah menikah. Ia tidak lagi mengutamakan ibunya, karena lebih mengutamakan istrinya. Sontak saja Ibunya Al-Qomah sakit hati, anak yang selama ini ia jaga ternyata durhaka kepadanya. Hanya air mata yang dapat ditemukan didalam rumah Sang Ibu.

Al-Qomah pun memutuskan untuk meninggalkan Sang Ibu dengan alasan ingin fokus mengurus keluarga dan istrinya. Ia menganggap bahwa Ibunya hanya sebagai pengganggu rumah tangganya. 

"Apakah tidak ada setetes cintapun didalam hatimu kepadaku, anakku?" Tanya Sang Ibu kepada Al-Qomah. Hanya Air mata yang dapat terlihat, wajah kriput sang Ibu kini berubah menjadi licin dipenuhi air mata kekecewaan.

Al-Qomah hanya diam saja tak menjawab pertanyaan Sang Ibu. Ia lekas pergi meninggalkan ibunya bersama rumah gubuk yang sangat sederhana. Kehidupan Al-Qomah berubah 180 derajat dari sebelumnya, semua ini adalah salah satu pengaruh dari istrinya yang hidup materialistik. 

Al-Qomah yang awalnya merupakan seorang Pengabdi yang taat, kini mulai berubah menjadi seorang penjudi dan pemabuk. Siang dan malamnya kini hanya sibuk dengan urusan dunia, dan dihatinya sudah melupakan apa dan siapa itu " IBU". Al-Qomah pun hidup dalam gaya hidup sebagai seorang pemuja dunia, sudah tidak ada Tuhan didalam hatinya.

Suatu waktu Al-Qomah jatuh sakit yang teramat parah---tepatnya dalam keadaan sakaratul maut tapi susah untuk meninggalnya. Lalu istrinya pun langsung menemui Rasulullah. Dengan tergopoh-gopoh, isteri Al-Qamah menghadap Rasulullah SAW mengabarkan suaminya sakit keras. Beberapa hari mengalami naza' tapi tak juga sembuh. "Aku sangat kasihan kepadanya ya Rasulullah," ratap perempuan itu. 

Mendengar pengaduan wanita itu Nabi SAW merasa iba di hati. Beliau lalu mengutus sahabat Bilal, Shuhaib dan Ammar untuk menjenguk keadaan Al-Qamah. Keadaan Al-Qamah memang sudah dalam keadaan koma.

Sahabat Bilal lalu menuntunnya membacakan tahlil di telinganya, anehnya seakan-akan mulut Al-Qamah rapat terkunci. Berulang kali dicoba, mulut itu tidak mau membuka sedikitpun. 

Tiga sahabat itu lalu bergegas kembali untuk melaporkan kepada Rasulullah SAW tentang keadaan Al-Qamah. 

"Sudah kau coba menalqin di telinganya?" tanya Nabi.

"Sudah Rasulullah, tetapi mulut itu tetap terbungkam rapat," jawabnya.

"Biarlah aku sendiri datang ke sana", kata Nabi.

Begitu melihat keadaan Al-Qamah tergolek diranjangnya, Nabi bertanya kepada isteri Al-Qamah :

"Masih hidupkah kedua orang tuanya?" tanya Nabi.

"Masih ya Rasulullah,tetapi tinggal ibunya yang sudah tua renta," jawab isterinya.

"Di mana dia sekarang?" tanya Nabi.

"Di rumahnya, tetapi rumahnya jauh dari sini."

Tanpa banyak bicara , Rasulullah SAW lalu mengajak sahabatnya menemui ibu Al-Qamah mengabarkan anaknya yang sakit parah. Setelah mendengar cerita dari Nabi sang ibu diminta untuk memafkan segala kesalahan anaknya. Namun, hati yang sudah terlanjur disakiti tak bisa menahan lagi perihnya. Sang Ibu hanya benfi dalam kekecewaan.

"Biarlah dia rasakan sendiri", ujar ibu Al-Qamah. 

"Tetapi dia sedang dalan keadaan sekarat, apakah ibu tidak merasa kasihan kepada anakmu ?" tanya Nabi.

"Dia berbuat dosa kepadaku," jawabnya singkat.

"Ya, tetapi maafkanlah dia. Sudah sewajarnya ibu memaafkan dosa anaknya," bujuk Nabi.

"Bagaimana aku harus memaafkan dia ya Rasulullah jika Al-Qamah selalu menyakiti hatiku sejak dia memiliki isteri," kata ibu itu.

"Jika kau tidak mau memaafkannya, Al-Qamah tidak akan bisa mengucap kalimat syahadat, dan dia akan mati kafir," kata Rasulullah.

"Biarlah dia ke neraka dengan dosanya," jawab ibu itu. 

Merasa bujukannya tidak berhasil meluluhkan hati ibu itu, Rasulullah lalu mencari kiat lain. Kepada sahabat Bilal Nabi berkata : 

"Hai bilal, kumpulkan kayu bakar sebanyak-banyaknya," perintah Nabi.

"Untuk apa kayu bakar itu Rasulullah," tanya Bilal keheranan.

"Akan kugunakan untuk membakar Al-Qamah, dari pada dia hidup tersiksa seperti itu, jika dibakar dia akan lebih cepat mati, dan itu lebih baik karena tak lama menanggung sakit", jawab Rasulullah. 

Mendengar perkataan Nabi itu, ibu Al-Qamah jadi tersentak. Hatinya luluh membayangkan jadinya jika anak lelaki di bakar hidup-hidup. Ia menghadap Rasulullah sambil meratap, 

"Wahai Rasulullah, jangan kau bakar anakku," ratapnya. 

Legalah kini hati Rasulullah karena bisa meluluhkan hati seorang ibu yang menaruh dendam kepada anak lelakinya. 

Beliau lalu mendatangi Al-Qamah dan menuntunya membaca talkin. Berbeda dengan sebelumnya, mulut Al-Qamah lantas bergerak membacakan kalimat dzikir membaca syahadat seperti yang dituntunkan Nabi. 

Jiwanya tenang karena dosanya telah diampuni ibu kandungnya. 

Al-Qamah kemudian menghembuskan nafasnya yang terakhir dengan fasih mengucapkan kalimat syahadat. 

Sebagaimana Sabda Nabi

"Ridhollah fi ridhol walidain wa sukhtullah fi sukhtil walidain". 

Artinya : Ridho Allah terletak pada ridho orang tua dan laknat Allah terletak pada laknat orang tua.

Oleh karena itu muliakanlah kedua orang tua kita, ibu bapak kita maka in sya Allah akan berkah hidup kita.

Setelah mendengar penjelasanku seputar Al-Qomah, temanku itu bertanya lagi.

"Selanjutnya, kalau, kasusnya seperti ini. Si ibu dari laki-laki nggak ridho atas istri anaknya sampai melakukan byk hal yg menyakitkan si istri. Haruskah si suami lebih mendahulukan si ibu yang zholim?"

Akupun menjawab pertanyaan temanku dengan semampuku agar rasa penasarannya dapat terpenuhi.

Tidak ada yang namanya Ibu Dzolim.

Kasih sayang Ibu = Kasih sayang dari Tuhan yang diberikan nyata kepada kita

Kita sebagai anak harus berwawasan luas dan terbuka kepada siapapun. Jika kasus diatas terjadi, tindakan yang harus diambil adalah menjaga komunikasi ke kedua pihak dengan menggunakan bahasa keilmuan jangan menggunakan ego dan hawa nafsu.

Sifat alamiah seorang Ibu adalah menjaga anak-anaknya dan keluarganya.

Sifat Alamiah seorang Suami (Laki-laki yang menjadi Kepala Rumah Tangga) adalah menjaga keluarganya dan hormat dan patuh kepada ibu dan mertuanya

Sifat Alamiah seorang istri adalah menjaga anak-anaknya, hormat kepada suami dan sayang kepada orang tuanya.

Kututup hariku dengan mengucap syukur kepada Tuhan karena masih memberikanku nikmat sehat, nikmat beriman, dan nikmat ber-Tuhan.

Terima kasih Tuhan, karena engkau telah mengajarkanku sesuatu dari peristiwa hari ini.

" Hidup adalah pilihan, oleh karena itu pilihlah jalan terbaik agar kita bisa selalu merasakan hadirnya Tuhan didalam hati,"

 -BJ. Qolbi-

Bandung, 22 Desember 2018
-BJ. Qolbi-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun