LANDASAN TEORI
Manajemen Dakwah
Manajemen dakwah terdiri dari dua kata, yaitu manajemen dan dakwah.
manajemen merupakan suatu proses yang berjalan terus pada suatu arah perbaikan
dengan melibatkan orang lain untuk pencapaian tujuan. Adapun kata dakwah
berarti mengajak orang atau manusia ke jalan yang benar dengan cara yang
bijaksana sesuai dengan perintah sang Khaliq demi keselamatan dan kebahagiaan
fi al-dunya wa al-akhirah bagi manusia. Dengan demikian, manajemen dakwah
adalah serangkaian proses yang berjalan secara kontinu dalam mengatur aktivitasÂ
dakwah agar berjalan sesuai dengan rencana dan tepat sasaran. Manajemen
dakwah merupakan suatu proses yang dinamik karena ia berlangsung secara terus
menerus dalam suatu organisasi. Manajemen dakwah dimaksudkan agar
pelaksana dakwah mampu menampilkan kinerja tinggi (Mahmud, 2020).
Masyarakat Urban
Masyarakat urban/perkotaan adalah masyarakat kota yang tidak tertentu
jumlah penduduknya. Masyarakat ini berarti juga dalam kehidupan sebuah
komplek perumahan atau ruang lingkup yang memang memiliki ketersediaan
fasilitas yang cukup, tekanan pada kata "kota", terletak pada sifat dan ciri
kehidupan yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Ada beberapa ciri
masyarakat pada komunitas kota, yaitu kehidupan keagamaan berkurang bila
dibandingkan dengan kehidupan agama di komunitas pedesaan, warga pada
umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain,
pembagian kerja di antara warga komunitas kota juga lebih tegas dan memiliki
batas-batas nyata, jalan pikiran rasional umumnya dianut komunitas kota, faktor
waktu dinilai penting bagi komunitas kota, dll (Okilanda, 2018).
PEMBAHASAN
Pentingnya strategi manajemen dakwah khususnya untuk masyarakat urban
tercermin dalam pemahaman mendalam terhadap aspek filosofi, psikologi, dan
sosiologi. Filosofi memberikan landasan tentang tujuan dakwah yang akan
dicapai, sementara aspek psikologi berkaitan dengan kondisi kejiwaan manusia.
Sosiologi menjadi kunci penting dalam memahami situasi dan kondisi sasaran
dakwah di tengah masyarakat urban yang dinamis (Fabriar & Muhajarah, 2021).
Menerapkan strategi yang mempertimbangkan ketiga aspek ini menjadi urgensi,
karena tanpa pemahaman menyeluruh, dakwah dapat kehilangan relevansinya
dalam merespon kompleksitas perkembangan masyarakat urban.
Dalam menyusun strategi manajemen dakwah untuk masyarakat urban,
perlu diperhatikan beberapa aspek krusial. Berbeda dengan masyarakat awam,
dakwah di kalangan masyarakat perkotaan memerlukan pendekatan yang lebih
santai, dengan menyisipkan elemen humor dan menggunakan nada yang lebih
bersahabat. Seorang dai yang berinteraksi dengan masyarakat urban sebaiknya
memiliki tingkat pendidikan yang setara atau lebih tinggi daripada mad'u-nya,
meskipun realitanya masih terdapat da'i dengan tingkat pendidikan rendah