Matahari pun terbit, Hasan dan Ari berkumpul dan mengucapkan selamat tinggal pada keluarga dan teman-temannya sebelum pergi. Mereka menatap tempat tinggal tercintanya untuk terakhir kali sebelum berputar balik memasuki hutan. Saat mereka menginjakkan kaki pada hutan yang luas dan dalam, suara obrolan ceria desa mulai hanyut dan suara keheningan yang sepi mulai terdengar.
"San, kamu sudah ada rencana belum untuk perjalanan ini?" tanya Ari dengan sedikit khawatir.
"Belum, kita ikuti kemana angin bertiup saja," jawab Hasan.
"Makasih, San. Sangat meyakinkan," kata Ari.
"Tapi kalau tujuan akhir kita keluar hutan, cara yang terbaik palingan jalan lurus sejauh mungkin dimulai dari desa, tanpa belok-belok," jelas Hasan. "Kita juga gak sendiri kan, saling jaga saja."
"Oke, oke, masuk akal. Ya sudah, pimpin jalannya, San." kata Ari.
Mereka pun memulai perjalanannya di hutan rimbun ini. Ranting-ranting yang menghalang dipotong oleh pisau yang tajam, sungai-sungai deras diseberangi, Â dengan rehat sejenak di antaranya untuk makan dengan persediaan yang dibawa. Setelah malam mulai muncul, rasa letih di kaki pun mulai terasa. Hasan dan Ari memutuskan untuk berhenti dan tidur.
"Ahh, akhirnya bisa istirahat," kata Hasan dengan lega sambil ia mulai duduk.
"Kakiku rasanya sudah mau putus!" balas Ari sambil ia mencoba menyalakan api unggun. "Nah, kebakar juga akhirnya."
"Nih, mau makan gak?" tanya Hasan.
"Ah enak tuh, makasih, San." jawab Ari.