Mohon tunggu...
Bimantoro Widyadana
Bimantoro Widyadana Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

SMAN 28 Jakarta | Kelas XI MIPA 2 | Absen 07

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Luar Hutan

1 Desember 2020   15:28 Diperbarui: 1 Desember 2020   22:41 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ari, Ri, bangun, Ri," bisik Hasan sambil menggoyang-goyangkan Ari.

"Hah, ada apaan?" tanya Ari yang masih setengah tidur. "APAAN ITU?!" teriak Ari saat ia melihat sebuah macan yang sedang berjalan tidak jauh darinya.

"Shhh, jangan keras-keras!" perintah Hasan. "Dia belum melihat kita kayaknya. Kita harus pindah tempat. Jangan lupa bawa perlengkapan kita."

Hasan dan Ari mulai berkemas-kemas dan bersiap untuk pergi. Saat Hasan memasuki barang-barang ke tasnya, ada satu yang jatuh ke tanah dan mengambil perhatian Si Macan. "Grrr," Si Macan menengokkan kepalanya ke arah Hasan dan Ari dan mulai berjalan menujunya. "Lari, Ri!" teriak Hasan. Mereka berdua lari sekuat tenaga mereka, tetapi Si Macan masih terus tidak lelah mengejarnya.

"Ah!" teriak Ari saat ia tersandung sebuah ranting. "Ari!" Hasan langsung menuju Ari dan menghadap Si Macan. "Mundur! Mundur, kamu!" ujar Hasan sambil melambai-lambaikan pisaunya.

"Nah! Kakiku sudah lepas, ayo, San," kata Ari dengan terburu-buru

Ari berdiri dan mulai berlari sekuat tenaga lagi. Sebelum menyusul Ari, Hasan melemperkan pisaunya dengan keras ke Si Macan dan berhasil mengenakan kepalanya.

"Huft... Huft... Sudah lepas belum kita?" tanya Ari dengan ngos-ngosan.

"Huft... Sudah kayaknya," jawab Hasan sambil menaruhkan tangannya ke pohon untuk bersandar. "Aduh! Tas makan kita gak aku bawa," rasa panik mulai masuk ke diri Hasan, badannya langsung lemas dan kemudian ia duduk di samping pohon. "Maaf banget ya, Ri, maafin semuanya, aku yang bawa kamu ke hutan sialan ini, gara-gara aku juga macan tadi hampir makan kita," kata Hasan dengan menyesal. "Aku bahkan gak tau kalau di luar hutan benaran ada sesuatu atau tidak. Kita mungkin saja hampir mati tadi hanya untuk sia-sia, aku minta maaf sudah nyusahin kamu."

"Sudah, gak apa-apa," Ari menenangkan Hasan sambil menepok-nepok pundaknya. "Semua orang pasti membuat kesalahan kalau ada macan di mukanya. Kamu juga jangan mikir ini sia-sia, itu kan alasan kenapa kita mulai perjalanan ini. Untuk nyari tahu apa yang di luar desa kita, bukan? Kita gak akan tahu sampai dicoba. Aku ikut bukan cuma untuk jagain kamu doang, aku juga mau cari jawaban-jawaban. Jadi jangan mikir kalau kamu nyusahin aku doang ya." jelas Ari.

"Benaran, Ri?" tanya Hasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun