Dewi langsung terlihat lemas.
Betapa tidak lemas, selama ini bisnis penjualan property dan pabrik bajunya dibantu oleh putera keduanya ini.
Khususnya di periklanan, Bimolah yang membantu memproduksi iklan-iklan untuk ibunya selama ini.
Tiba-tiba Bimo memegang telapak tangan ibunya.
"Ibu nggak usah khawatir, iklan rumah sama iklan baju-baju ibu tetap aku yang buat. Semua bisa ku kerjakan dari jauh, cuma untuk distribusi baju sama yang lain ibu harus menyuruh Penceng sama Andi. Aku nggak bisa bantu lagi," ucapnya perlahan.
Dewi mengusap wajahnya.
Dia menangis haru kali ini.
Dia menangis karena akan berjauhan dengan puteranya, dan yang kedua dia bangga salah satu puteranya ada yang berhasil menembus kampusnya dulu.
Akhirnya dia berusaha ikhlas, karena bagi dia ini mungkin memang yang terbaik untuk putera keduanya ini.
"Ya sudah, kamu tinggal di rumah bude mu saja gimana?" tanya Dewi sambil menatap wajah puteranya.
Bimo berfikir sejenak setelah mendengar ucapan ibunya.