Perutusan Gereja di tengah dunia yang pluralis ditegaskan dalam Lumen Gentium (LG) nomor 17 tentang sifat misioner Gereja. "Mewartakan kebenaran yang menyelamatkan" sebagaimana diperintahkan Yesus (bdk Mat 28:19-20). "Segala kebaikan yang tertaburkan  dalam hati serta budi orang-orang atau  dan upacara-upacara dan kebudayaan para bangsa sendiri, bukan saja tidak hilang, melainkan disehatkan, diangkat dan disempurnakan demi kemuliaan Allah, demi tersipu-sipunya setan dan kebahagiaan manusia".
"Kemuliaan Allah dan kebahagiaan manusia" adalah tugas misioner Gereja. Di mana nama Allah dimuliakan dan kebahagiaan manusia diperjuangkan, di situ moderasi beragama ditumbuhkambangkan. Dengan demikian setiap orang yang telah dibaptis mendapat panggilan memperjuangkan kehidupan yang rukun, damai, dan sejahtera sebagai agen moderasi beragama.
Tentu saja panggilan sebagai agen moderasi menjadi makin melekat pada diri penyuluh agama Katolik. Mereka hendaknya seperti Paulus yang berkata, "Celakalah aku, jika aku tidak mewartakan Injil" (1Kor 16:9) Di dorong oleh semangat yang sama penyuluh agama Katolik menjadi agen moderasi beragama di tengah pandemi Covid 19.
Pada era pandemi seperti sekarang ini semua aktivitas dalam semua bidang kehidupan dilakukan secara online. Penyuluhan adalah proses pembelajaran dan pengajaran yang mengembangkan aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan), yang juga dilakukan secara online. Romo FX. Sugiyana, Pr dalam buku "Hidup di Era Digital" (2015:67) menyebut katekese berbasis media digital. Menurut penulis berikut ini adalah beberapa cara model penyuluhan yang bisa dilakukan pada masa pandemi Covid 19.
Mengunggah Materi di Chanel YouTube
Penulis dalam melaksanakan penyuluhan menggunakan chanel YouTube untuk menyasar khalayak tanpa batas peserta binaan. Keuntungan lain adalah konten edukasi dan motivasi ini bisa diakses berulang kali oleh peserta binaan. Karena itu seorang penyuluh adalah seorang content creator. Inilah yang saya lakukan sebagai seorang penyuluh sekaligus pendidik.
Saya membuat chanel Two Minutes for Hope. Chanel ini berisi edukasi, motivasi dan solusi untuk memberikan motivasi secara lebih luas kepada masyarakat umum. Suatu hari hari ada seorang penonton yang menghubungi saya supaya saya menggunakan ayat-ayat kitab suci di dalam video itu. Saya tidak menggunakan ayat-ayat kitab suci karena sasaran saya adalah ikut membangun perubahan sikap (mental) masyarakat yang tidak terbatasi oleh identitas keagamaan.
Kenapa demikian? Saya mendasarkan pada dua hal. Pertama, moderasi beragama sasarannya adalah kehidupan yang rukun, damai, dan sejahtera dalam pluralisme beragama. Justru untuk mengikis primordialisme dan sektarianisme saya membuat chanel YouTube ini.
Alasan kedua adalah didasari oleh kisah orang Samaria yang baik hati (Luk 10:25-37). Di situ Yesus mengajarkan identitas "sesamaku". Sesamaku bukan orang yang sama agama, bukan yang sama suku, bukan yang sama profesi. Sesamaku adalah orang yang sedang membutuhkan pertolongan dan bantuan. Sesamaku adalah orang yang menderita dan tersingkir.
Selain chanel yang bersifat umum tersebut, saya membuat chanel PEMURIDAN. Di dalam chanel ini saya mengunggah materi refleksi tentang iman Katolik khusus untuk peserta binaan saya. Dengan dua chanel YouTube itu saya memaknai peran saya sebagai agen moderasi beragama.