"Itu karena proses awal menggulung benang di mesin tidak langsung dihitung cut mark-nya mbak, karena awal penggulungan benang sering putus"
"Apa tidak ada yang bertanggung jawab terhadap benang yang seharusnya jadi waste itu?"
"Itu karena operator mesin kanji tidak membersihkannya mbak, mereka malas membersihkannya", Jawab salah satu operator mesin hani.
Selanjutnya Fitri mencari tahu ke operator kanji, jawabannya pun sebelas duabelas, mereka menyalahkan operator mesin hani yang tidak mau membersihkan sebelum proses menggulung.
Awalnya Fitri bingung, sebenarnya siapa yang bertanggung jawab, lalu ia menanyakan ke atasannya.
"Sebenarnya benang sisa itu ditarik oleh operator kanji saat doffing, tapi kan panjang benang sisa itu berbeda-beda jadi terkadang ada yang masih tersisa di beam hani".
"Lalu bagaimana pak?"
"Dulu itu tanggung jawab operator mesin hani, tapi sekarang operator mesin hani malas membersihkan sehingga operator mesin kanji yang tahu konsekuensinya segera menyelesaikan masalah itu sendiri". Bapak Kepala Bagian itu menjelaskan lebih lanjut bahwa sudah lama ia tak punya bawahan sehingga masalah dalam lapangan sering terbengkalai. Ia lebih sibuk planning rencana order. Fitri minta izin untuk mengatasi hal itu.
Ternyata operator mesin hani merasa lepas tanggung jawab terhadap kebersihan beam karena sudah ditangani oleh operator mesin kanji, padahal hal itu salah. Operator mesin kanji seharusnya lebih fokus terhadap mesin yang dijalankannya, karena salah sedikit bisa fatal akibatnya.Â
Fitri mencari tahu mengapa operator mesin hani tidak melakukannya.
"Saya kemarin sudah tanyakan masalah beam itu mbak, kata pak Kabag, dulu operator hani yang bertanggung jawab atas kebersihan beam ini mbak, apa itu benar?", Fitri mulai dengan menanyakan kebenaran.