Mohon tunggu...
Bilqisth Fitria
Bilqisth Fitria Mohon Tunggu... Lainnya - Writting

Melakukan yang terbaik, lebih penting

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Praktik Coaching ala Fresh Graduate

21 Januari 2021   12:00 Diperbarui: 21 Januari 2021   12:06 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fitri melatih kemampuannya untuk melakukan coaching sederhana dengan melalui proses Guide, Coach, Teacher, Mentor, Sponsor dan Awkener. Tahap demi tahap ini bukan hal yang mudah bagi seseorang yang baru lulus kuliah dan langsung disuguhi beraneka ragam masalah di dalamnya. Akan tetapi dengan latihan dari masalah terkecil sekalipun di perusahaan maka skill itu akan terus terasah. Mungkin beberapa pengalaman yang kita alami di perusahaan pernah kita alami seperti di organisasi kampus, nah ini akan menjadi batu loncatan untuk memahami orang-orang disekitar kita

Setiap individu yang memiliki keinginan untuk bekerja pada suatu perusahaan perlu mendapatkan wawasan mengenai coaching. Coaching membantu diri sendiri dan orang lain dalam mengembangkan karirnya. Tidak setiap orang dapat mencapai tingkat kualitas maksimal.

 Menurut Prof. Rhenald Kasali, hal itu disebabkan tidak semua orang memiliki myelin atau muscle memory yang tepat untuk mencapai kesempurnaan perilaku tertentu. Sedangkan menurut NLP, orang hanya dapat mengembangkan keefektifan berperilaku sempurna apabila yang dilakukannya sesuai dengan level nilai-nilai dan keyakinannya. Coaching dapat membantu seseorang mencapai hal tersebut. Coaching dapat dipelajari sendiri atau lewat jasa coaching yang sering kita temui. Pada akhirnya  coaching dapat menyatukan pemimpin berlatar belakang fresh graduate dengan karyawan yang memiliki pengalaman bekerja.

Indonesia merupakan negara yang berpotensi menghasilkan SDM yang kreatif dan inovatif. Hal ini dapat kita lihat dari perusahaan yang terus berkembang di Indonesia diisi oleh anak negeri yang dapat menghasilkan produk yang diminati pasar luar negeri. Akan tetapi, banyak pula fresh graduate yang masih kebingungan menghadapi problem di lapangan karena disamping mempraktekkan keilmuan yang mereka miliki, mereka harus mengikuti manajeman perusahaan. Manajemen perusahaan tidak dapat dipisahkan dari interaksi dengan orang lain. Kita perlu berkomunikasi dengan orang lain untuk menghadapi interaksi dengan baik, salah satunya adalah coaching.

Coaching adalah sebuah proses interaktif yang dapat digunakan oleh pimpinan untuk mengatasi masalah-masalah kinerja atau untuk mengembangkan kapabilitas karyawan. Marilah kita ambil contoh dari pengalaman Fitri sebagai supervisor di sebuah perusahaan swasta yang memproduksi kain. Fitri adalah fresh graduate yang masuk ke dalam sebuah pabrik produksi dengan semangat membara.

Kebijakan perusahaan mengharuskan Fitri mengalami masa percobaan selama 3 bulan. Fitri belum punya jobdesk sehingga Fitri hanya berinisiatif melakukan hal-hal yang menurutnya penting untuk berkarir di perusahaan. Fitri memilih untuk melakukan observasi, berkenalan dengan operator mesin, maintenance dan kepala bagian di departemen tugas. Observasi membantunya mengukur tingkat kinerja orang-orang di sekitar.

Awalnya Fitri merasa diacuhkan karena tidak ada yang membimbingnya. Ia hanya dapat bertanya kepada manager jika tidak meeting. Fitri memilih terus berkeliling lapangan untuk mencari masalah dan solusi yang dilakukan operator. Fitri kadang melihat hal-hal yang harus diperbaiki, bagaimana pekerja saling berinteraksi, kelalaian operator terhadap APD (Alat Pelindung Diri) dan kondisi mental karyawan. Pada 3 bulan masa percobaan itulah Fitri mendapatkan hasil observasi dan beberapa hasil diskusi dengan operator yang ia tulis sebagai laporan masa percobaan pada HRD.

Setelah itu Fitri di angkat menjadi supervisor di departemen persiapan. Kata orang departemen itu bermasalah. Memang di bulan pertama menjabat, Fitri mendapatkan cobaan yang begitu besar dari operator karena Fitri memimpin 25 karyawan dengan umur rata-rata di atas 30 tahun. Tentu saja pengalaman mereka lebih banyak dari pada Fitri yang baru saja lulus kuliah.

Pada suatu hari Fitri menemui masalah mengenai beam yang tidak dibersihkan sebelum dipakai. Hipotesis Fitri adalah orang yang akan memulai proses menggulung benang itu tidak mau membersihkannya. Selanjutnya Fitri bertanya dengan operator, apakah betul begitu.

"Kenapa beam turun dari creel mesin kanji selalu ada benang sisa ya?", Fitri mulai dengan pertanyaan terbuka.

"Itu karena proses awal menggulung benang di mesin tidak langsung dihitung cut mark-nya mbak, karena awal penggulungan benang sering putus"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun