Namun, di tengah modernitas, Delman menghadapi tantangan besar. Keterbatasan ruang di jalanan kota, kemacetan, dan polusi udara menjadi tantangan nyata.
Delman, yang bergerak lambat, sering kali, dianggap menghambat arus lalu lintas di jalanan yang sudah padat.
Selain itu, preferensi masyarakat yang beralih ke transportasi modern berbasis teknologi semakin mengikis permintaan akan Delman.
Meski begitu, Delman tetap memiliki potensi sebagai bagian dari wisata budaya.
Di beberapa kota, transportasi tradisional diubah menjadi daya tarik wisata, dengan pengaturan operasional yang lebih ramah lingkungan dan berfokus pada pelestarian tradisi.
Jakarta dapat mempertimbangkan opsi serupa dengan menempatkan Delman di lokasi khusus, seperti kawasan Kota Tua atau Monas, di mana Delman dapat menjadi bagian dari pengalaman wisata, tanpa mengganggu lalu lintas utama.
Solusi bagi Pemilik DelmanÂ
Jika akhirnya Delman dilarang beroperasi di jalanan Jakarta, nasib para pemilik Delman harus menjadi perhatian utama.
Sebagian besar pemilik Delman adalah masyarakat kecil yang menggantungkan penghasilan sehari-hari dari transportasi ini.
Pelarangan tanpa solusi yang jelas dapat memperburuk kondisi ekonomi mereka, tentu saja.
Beberapa solusi yang dapat dipertimbangkan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta meliputi: