Kantin kapal memang menyediakan makanan, tetapi harganya relatif mahal. Sebagai contoh, saya membeli roti srikaya seharga Rp 20.000 di kantin kapal, yang jauh lebih mahal dibandingkan harga di pedagang asongan.
Rekomendasi untuk Pengembangan
PT Aangkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry dan pihak terkait perlu mempertimbangkan beberapa hal untuk meningkatkan pelayanan dan dampak ekonomi dari kapal ferry:
Pertama, perlunya perpanjangan waktu berjualan untuk pedagang asongan. Dengan memberikan waktu lebih lama, pedagang dapat melayani penumpang dengan lebih optimal.
Kedua, perlunya pengembangan fasilitas pelabuhan. Penambahan fasilitas, seperti WC umum, ruang tunggu yang lebih nyaman atau kios oleh-oleh khas Saparua, dapat menarik lebih banyak pengunjung.
Ketiga, subsidi untuk barang dan penumpang. Mengingat pentingnya transportasi laut bagi masyarakat kepulauan, subsidi tiket kapal atau biaya logistik dapat meringankan beban masyarakat.
Penutup
Sebagai penutup, kapal ferry tidak hanya berperan sebagai alat transportasi, tetapi juga sebagai penggerak ekonomi dan sosial di wilayah kepulauan seperti Pulau Saparua.
Aktivitas di Pelabuhan Umeputih mencerminkan dinamika ekonomi lokal yang terus berkembang.
Dengan dukungan yang tepat, keberadaan kapal ferry dapat semakin memperkuat kesejahteraan masyarakat dan menghubungkan potensi ekonomi di berbagai pulau di Maluku Tengah.
Transportasi laut bukan hanya tentang perjalanan; ini adalah tentang kehidupan dan harapan yang mengalir di antara pulau-pulau Nusantara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H