Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024

Berbagi opini seputar Sustainable Development Goals (SDGs) terutama yang terpantau di Jakarta. Melalui opini yang dituangkan, saya mengajak pembaca untuk lebih memahami dan menyadari konsep keberlanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Peranan Kapal Ferry dalam Menunjang Mobilitas dan Menumbuhkan Ekonomi Masyarakat Pulau Saparua

15 Januari 2025   08:25 Diperbarui: 15 Januari 2025   13:02 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pedagang asongan di Pelabuhan Umeputih, Kulur, Saparua bersiap naik ke atas kapal ferry untuk berjualan | Sumber: Dokpri/Billy Steven Kaitjily

Transportasi laut merupakan tulang punggung sistem transportasi nasional Indonesia. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan lebih dari 17.000 pulau, Indonesia sangat bergantung pada transportasi laut untuk mendukung mobilitas penumpang, barang, dan jasa, baik di dalam negeri maupun ke luar negeri.

Transportasi laut tidak hanya berperan sebagai penghubung, tetapi juga menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi yang merata di seluruh pelosok negeri.

Transportasi laut adalah kebutuhan mendasar di Indonesia, terutama karena mobilitas ekonomi di wilayah kepulauan sangat bergantung pada ketersediaan kapal feri yang memadai.

Keberadaan transportasi laut mencerminkan intensitas kegiatan ekonomi di suatu wilayah. Selain itu, transportasi laut memiliki pengaruh besar dalam aspek sosial, tata ruang wilayah, politik, keamanan, dan budaya, serta berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Sebagai provinsi kepulauan, Maluku menghadapi tantangan unik dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi yang merata di berbagai pulau.

Salah satu solusi penting untuk menjawab tantangan ini adalah melalui penguatan transportasi laut, khususnya kapal ferry yang menghubungkan pulau-pulau kecil terutama di Maluku Tengah.

Pelabuhan Umeputih, Pusat Mobilitas di Pulau Saparua

Di Pulau Saparua, Kabupaten Maluku Tengah, terdapat Pelabuhan Umeputih yang menjadi salah satu penghubung utama antarpulau.

Dibangun pada tahun 2003 di Negeri/Desa Kulur, Pelabuhan ini memiliki luas sekitar 1.800 meter persegi dan termasuk dalam kategori pelabuhan kelas II.

Pelabuhan Umeputih dilengkapi berbagai fasilitas, seperti terminal penumpang, loket tiket, area parkir seluas 1.000 meter persegi, serta warung makan dan kios yang menjual makanan khas Saparua.

Pelabuhan ini melayani beberapa rute penting. KM Samandar, misalnya, beroperasi setiap hari melayani rute Pelabuhan Umeputih (Pulau Saparua)--Pelabuhan Waai (Pulau Ambon)--Pelabuhan Nalahia (Pulau Nusalaut)--Pelabuhan Amahai (Pulau Seram).

Sementara itu, KM Layur melayani rute Pulau Saparua -- Pulau Seram setiap hari. Kapal-kapal ini memainkan peran yang sentral dalam mendukung mobilitas penumpang, kendaraan, dan barang antar pulau terutama di Kabupaten Maluku Tengah.

Dampak Ekonomi dari Kapal Ferry

Keberadaan kapal ferry di Pulau Saparua jelas memberikan dampak positif yang signifikan bagi perekonomian masyarakat.

Aktivitas di Pelabuhan Umeputih, seperti bongkar muat barang dagangan dan mobilitas kendaraan logistik, mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.

Kecamatan Saparua yang memiliki banyak pertokoan sering menerima truk pengangkut barang yang memasok kebutuhan harian masyarakat.

Selain itu, kapal ferry juga mendukung pengembangan sektor informal, seperti pedagang asongan yang menjual makanan dan minuman di pelabuhan maupun di atas kapal.

Meskipun waktu berjualan pedagang di atas kapal masih terbatas, keberadaan mereka menjadi bagian penting dalam memenuhi kebutuhan penumpang dengan harga yang lebih terjangkau dibandingkan kantin kapal.

Cerita dari Perjalanan Pribadi

Pada Minggu, 12 Januari 2025, saya dan istri melakukan perjalanan dari Pulau Saparua menuju Pulau Ambon melalui Pelabuhan Umeputih, Kulur.

Tiket kapal seharga Rp 22.000 kami beli di loket pelabuhan. Siang itu, suasana pelabuhan cukup ramai, dengan antrean kendaraan roda empat dan dua yang menunggu kedatangan kapal.

Sekitar pukul 13.45 WIT, KM Samandar merapat dengan anggun di Pelabuhan Umeputih, Kulur tanpa gangguan gelombang.

Para pedagang asongan dengan antusias masuk ke kapal untuk menawarkan dagangan mereka. Sayangnya, waktu yang diberikan untuk berjualan hanya sekitar 15 menit sebelum kapal berlayar.

Hal ini cukup disayangkan, karena masih banyak penumpang yang ingin membeli makanan atau minuman setelah kapal berlayar.

Kantin kapal memang menyediakan makanan, tetapi harganya relatif mahal. Sebagai contoh, saya membeli roti srikaya seharga Rp 20.000 di kantin kapal, yang jauh lebih mahal dibandingkan harga di pedagang asongan.

Rekomendasi untuk Pengembangan

PT Aangkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry dan pihak terkait perlu mempertimbangkan beberapa hal untuk meningkatkan pelayanan dan dampak ekonomi dari kapal ferry:

Pertama, perlunya perpanjangan waktu berjualan untuk pedagang asongan. Dengan memberikan waktu lebih lama, pedagang dapat melayani penumpang dengan lebih optimal.

Kedua, perlunya pengembangan fasilitas pelabuhan. Penambahan fasilitas, seperti WC umum, ruang tunggu yang lebih nyaman atau kios oleh-oleh khas Saparua, dapat menarik lebih banyak pengunjung.

Ketiga, subsidi untuk barang dan penumpang. Mengingat pentingnya transportasi laut bagi masyarakat kepulauan, subsidi tiket kapal atau biaya logistik dapat meringankan beban masyarakat.

Penutup

Sebagai penutup, kapal ferry tidak hanya berperan sebagai alat transportasi, tetapi juga sebagai penggerak ekonomi dan sosial di wilayah kepulauan seperti Pulau Saparua.

Aktivitas di Pelabuhan Umeputih mencerminkan dinamika ekonomi lokal yang terus berkembang.

Dengan dukungan yang tepat, keberadaan kapal ferry dapat semakin memperkuat kesejahteraan masyarakat dan menghubungkan potensi ekonomi di berbagai pulau di Maluku Tengah.

Transportasi laut bukan hanya tentang perjalanan; ini adalah tentang kehidupan dan harapan yang mengalir di antara pulau-pulau Nusantara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun