Transportasi laut merupakan tulang punggung sistem transportasi nasional Indonesia. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan lebih dari 17.000 pulau, Indonesia sangat bergantung pada transportasi laut untuk mendukung mobilitas penumpang, barang, dan jasa, baik di dalam negeri maupun ke luar negeri.
Transportasi laut tidak hanya berperan sebagai penghubung, tetapi juga menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi yang merata di seluruh pelosok negeri.
Transportasi laut adalah kebutuhan mendasar di Indonesia, terutama karena mobilitas ekonomi di wilayah kepulauan sangat bergantung pada ketersediaan kapal feri yang memadai.
Keberadaan transportasi laut mencerminkan intensitas kegiatan ekonomi di suatu wilayah. Selain itu, transportasi laut memiliki pengaruh besar dalam aspek sosial, tata ruang wilayah, politik, keamanan, dan budaya, serta berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Sebagai provinsi kepulauan, Maluku menghadapi tantangan unik dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi yang merata di berbagai pulau.
Salah satu solusi penting untuk menjawab tantangan ini adalah melalui penguatan transportasi laut, khususnya kapal ferry yang menghubungkan pulau-pulau kecil terutama di Maluku Tengah.
Pelabuhan Umeputih, Pusat Mobilitas di Pulau Saparua
Di Pulau Saparua, Kabupaten Maluku Tengah, terdapat Pelabuhan Umeputih yang menjadi salah satu penghubung utama antarpulau.
Dibangun pada tahun 2003 di Negeri/Desa Kulur, Pelabuhan ini memiliki luas sekitar 1.800 meter persegi dan termasuk dalam kategori pelabuhan kelas II.
Pelabuhan Umeputih dilengkapi berbagai fasilitas, seperti terminal penumpang, loket tiket, area parkir seluas 1.000 meter persegi, serta warung makan dan kios yang menjual makanan khas Saparua.
Pelabuhan ini melayani beberapa rute penting. KM Samandar, misalnya, beroperasi setiap hari melayani rute Pelabuhan Umeputih (Pulau Saparua)--Pelabuhan Waai (Pulau Ambon)--Pelabuhan Nalahia (Pulau Nusalaut)--Pelabuhan Amahai (Pulau Seram).