Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024

Berbagi opini seputar Sustainable Development Goals (SDGs) terutama yang terpantau di Jakarta. Melalui opini yang dituangkan, saya mengajak pembaca untuk lebih memahami dan menyadari konsep keberlanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Angka Pernikahan Turun, Apa Dampaknya bagi Pemerintah?

6 November 2024   19:36 Diperbarui: 7 November 2024   04:37 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama, penurunan tingkat kelahiran dan dampaknya pada struktur demografi. Penurunan angka pernikahan, sering kali, diikuti oleh penurunan angka kelahiran, yang berdampak pada struktur demografi di Indonesia.

Semakin sedikit orang yang menikah, semakin sedikit pula angka kelahiran di masa depan, yang dapat menyebabkan populasi lansia bertambah lebih cepat daripada generasi mudanya.

Ketidakseimbangan ini dapat menjadi tantangan besar bagi pemerintah dalam mempertahankan stabilitas ekonomi dan sosial, termasuk dalam hal ketenagakerjaan dan kebutuhan layanan kesehatan di masa mendatang.

Kedua, perubahan dalam kebijakan pembangunan dan ekonomi. Dengan berkurangnya generasi muda yang memasuki jenjang pernikahan dan membangun keluarga, pemerintah mungkin harus menyesuaikan kebijakan pembangunan ekonomi untuk menyeimbangkan pertumbuhan populasi dan tenaga kerja.

Dalam jangka panjang, tentu penurunan angka pernikahan dan kelahiran ini dapat mempengaruhi produktivitas ekonomi nasional.

Karena itu, pemerintah perlu mengadopsi strategi yang mendukung inovasi teknologi dan produktivitas, serta mempertimbangkan kebijakan yang berfokus pada peningkatan kualitas tenaga kerja.

Ketiga, tantangan dalam kebijakan perumahan dan kesejahteraan sosial. Permintaan perumahan juga bisa terdampak dengan penurunan angka pernikahan, karena banyak anak muda yang menunda pembelian rumah hingga mereka merasa siap berkeluarga.

Ini dapat mempengaruhi permintaan terhadap sektor perumahan dan memengaruhi rencana pembangunan perumahan nasional.

Selain itu, kebijakan kesejahteraan sosial mungkin perlu disesuaikan untuk mengakomodasi kebutuhan generasi muda yang lebih memilih tinggal sendiri atau bersama orang tua daripada membangun rumah tangga sendiri.

Keempat, dampak pada konsumsi dan ekonomi lokal. Perubahan preferensi anak muda yang menunda pernikahan juga berpotensi menggeser pola konsumsi.

Gaya hidup yang lebih fokus pada pendidikan, karier, dan pengalaman hidup menciptakan pola konsumsi yang berbeda, dengan penekanan pada hiburan, pariwisata, dan teknologi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun