Pertama, kolaborasi antara sekolah dan orang tua. Membangun komunikasi yang efektif antara sekolah dan orang tua adalah kunci untuk mencegah dan menangani bullying.
Orang tua perlu dilibatkan dalam program-program anti-bullying di sekolah, seperti seminar, pertemuan rutin, dan pelatihan tentang cara mengenali tanda-tanda bullying pada anak mereka.
Sekolah juga harus transparan dalam menangani kasus bullying dan melibatkan orang tua dalam setiap langkah penanganan.
Kedua, pendidikan nilai-nilai Pancasila. Lingkungan sekolah dan keluarga harus menjadi tempat pertama di mana nilai-nilai Pancasila, seperti keadilan sosial dan penghormatan terhadap perbedaan, diajarkan dan diterapkan.
Guru dan dosen perlu mengintegrasikan pendidikan karakter berbasis Pancasila dalam kurikulum dan kegiatan sehari-hari.
Ini bisa dilakukan melalui diskusi kelas, proyek kelompok yang mengajarkan kerja sama, dan penghargaan terhadap keragaman.
Ketiga, masyarakat sebagai pengawas. Masyarakat juga memiliki peran penting dalam mencegah bullying.
Program-program komunitas yang mengedukasi tentang bahaya bullying dan pentingnya saling menghormati dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi anak-anak.
Selain itu, kampanye anti-bullying yang melibatkan tokoh masyarakat atau influencer dapat memperkuat pesan bahwa bullying tidak dapat diterima.
Pendekatan Kekuasaan
Selain kedua pendekatan di atas, kita perlu membangun dukungan dan empati dari berbagai pihak antara lain sebagai berikut.
Pertama, kekuatan kolektif dan dukungan publik. Kasus Vina mencerminkan bagaimana kekuatan kolektif dan dukungan publik dapat menjadi senjata ampuh dalam melawan bullying.