Dalam era media sosial saat ini, suara individu yang terpinggirkan dapat mendapatkan dukungan luas melalui platform digital.
Oleh karena itu, penting untuk mengorganisir kampanye dukungan bagi korban bullying, di mana masyarakat dapat menyuarakan solidaritas mereka dan menekan pihak-pihak berwenang untuk bertindak.
Kedua, pemanfaatan media. Media, baik itu tradisional maupun digital, memiliki peran besar dalam membentuk opini publik.
Dengan menyebarkan kisah-kisah korban bullying dan upaya-upaya yang dilakukan untuk melawan bullying, media dapat meningkatkan kesadaran dan mendorong perubahan kebijakan.
Misalnya, petisi online, kampanye hashtag, atau liputan berita dapat membantu mengangkat isu bullying ke permukaan dan memaksa para pemangku kepentingan untuk bertindak.
Ketiga, penguatan posisi korba. Dalam banyak kasus, korban bullying merasa tidak berdaya karena ketidakmampuan mereka untuk melawan atau kurangnya dukungan.
Oleh karena itu, membangun jaringan dukungan yang kuat, termasuk akses ke bantuan hukum, psikologis, dan sosial, dapat membantu korban merasa lebih empowered.
Ini juga dapat menciptakan perubahan struktur kekuasaan yang lebih adil, di mana korban tidak lagi menjadi pihak yang lemah.
Kesimpulan
Sebagai penutup: Ketiga pendekatan di atas dapat memberikan panduan yang komprehensif bagi para orang tua, guru, dan masyarakat dalam menangani masalah bullying secara efektif.
Selain memberikan solusi konkret, ketiga pendekatan tersebut juga berusaha membumikan nilai-nilai Pancasila sebagai fondasi dalam menciptakan generasi muda yang lebih toleran dan menghargai perbedaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H