Saya berdiri dan berjalan ke arah jembatan, tampak tumpukan sampah plastik di bawah jembatan yang belum diangkut petugas.
Sementara di seberang sana, sampah plastik terus mengalir deras menuju Teluk Angke. Padahal, tak jauh dari jembatan kaliadem ini, terdapat Suaka Margasatwa Muara Angke (SMMA).
Secara administratif, kawasan ini termasuk wilayah Kelurahan Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara.
SMMA menjadi rumah bagi berbagai jenis burung seperti cangak, kuntul, mandar batu, bubut jawa, dan masih banyak lagi.
Selain burung, hewan lain yang hidup di SMMA seperti monyet ekor panjang, kura-kura, biawak, ular welang, dan ular daun.
Karena lokasinya berada di pesisir utara Jakarta, SMMA mempunyai beragam jenis ikan seperti ikan sapu-sapu, mujair, dan gabus. (Sumber: Nationalgeographic.co.id).
Yang sangat disayangkan, kawasan konservasi hutan mangrove ini, seringkali disinggahi sampah plastik yang dibawa oleh kaliadem.
Kehadiran sampah yang tersangkut di area mangrove ini bisa menyebabkan pertumbuhan mangrove menjadi lambat dan bahkan mati.
Menurut Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jakarta, Abdul Kodir, seperti dikutip dari laman Nationalgeographic.co.id mengemukakan bahwa monyet ekor panjang yang mendiami kawasan ini mengonsumsi sampah plastik, sehingga di dalam tubuhnya ditemukan logam berat.
Sebenarnya, area yang paling terdampak sampah plastik adalah kawasan hutan mangrove yang berada di tepi pantai Muara Angke.