Setelah mengantarkan istri mengajar Bimbel di daerah PIK I (Rabu 19/06/2024), sekitar pukul 10.00 WIB, saya singgah di jembatan kaliadem.
Saya hampir tak percaya dengan apa yang baru saya lihat. Dari atas jembatan, tampak sampah plastik berserakan dibawa oleh aliran sungai kaliadem menuju Teluk Angke.
Saya duduk di sebuah gubuk kecil dan mengobrol dengan salah seorang petugas dari Suku Dinas Sumber Daya Air Jakarta Utara, yang kebetulan sedang memantau pekerjaan pengerokan lumpur dari dalam kaliadem.
"Banyak sampah plastik di sini ya, Pak!" saya memulai percakapan.
"Iya, banyak! Pokoknya, selama masyarakat masih tinggal di pinggiran kali bakal banyak sampah yang dibuang ke kali", ujarnya.
"Pemerintah harus mengedukasi masyarakat supaya tidak membuang sampah sembarang di kali", tambahnya.
"Betul, Pak! Bahkan, perlu ada sanksi tegas bagi pelaku yang membuang sampah ke kali", ujar saya.
Sejenak, saya mengarahkan pandangan saya ke pinggiran kali, tampak dua unit alat berat (excavator) sedang mengerok lumpur dari dalam kali yang bercampur dengan sampah plastik.
"Banyak lumpurnya, ya!" celoteh saya.
"Enggak habis-habis itu lumpurnya," jawab si petugas.