Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024

Berbagi opini seputar Sustainable Development Goals (SDGs) terutama yang terpantau di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Alternatif Liburan Sekolah, Petualangan Seru ke Pulau Pari

27 Desember 2023   13:34 Diperbarui: 28 Desember 2023   02:00 2411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelabuhan Muara Angke Jakarta Utara. (sumber gambar: dokpri)

Dari atas kapal, kami bisa melihat pemandangan gedung-gedung pencakar langit Jakarta, kapal-kapal nelayan yang sedang berlabuh di pelabuhan, dan pemandangan laut yang teduh.

Mengisi liburan sekolah kali ini, kami memilih berlibur ke Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta.

Sudah jauh-jauh hari kami mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan selama di Pulau Pari, seperti pakaian, perlengkapan mandi, perlengkapan tidur, perlengkapan makan, dan tiket kapal.

Hari yang dinanti pun tiba, Rabu 27 Desember 2023. Kami berdua exited sekali. Menurut jadwal kapal, KM Satria Express akan berangkat dari Pelabuhan Muara Angke menuju Pulau Pari pukul 07.00 WIB.

Karena tak mau terlambat, kami sengaja bangun pagian, yaitu pukul 05.00 untuk mempersiapkan diri. Persiapan ini memakan waktu sekitar 30 menit.

Pada pukul 05.35, kami naik sepeda motor dari kontrakan di daerah Meruya Utara menuju Jemb. Lima, Jakarta Barat. Kami tiba di ruko Jemb. Lima Indah pukul 06.00.

Sebelum berangkat ke pelabuhan Muara Angke, istri saya membeli bubur ayam untuk dimakan berdua saat di atas kapal. Bubur ayamnya murah, 1 porsi Rp 15.000. 2 porsi jadi 30 ribu.

Mobil GoKar yang kami pesan sudah tiba di depan Ruko Jemb. Lima Indah. Tepat pukul 06.25, kami berangkat menuju pelabuhan Muara Angke. Jalanan cukup lancar, sehingga kami tiba di pelabuhan Muara Angke lebih cepat, yaitu pukul 06.50.

Kami langsung bergegas menuju ruang tunggu. Wow, keren! ruang tunggunya mewah banget. Terlihat beberapa penumpang yang sedang menunggu jadwal keberangkatan kapal.

Kami bertanya ke petugas di mana lokasi kapal menuju Pulau Pari. Dengan sigap, petugas membantu menunjukan arah kapal ke kami. Petugas menyarankan agar kami langsung naik ke atas kapal, agar tidak terlambat.

Menurut jadwal, KM Satria Express akan diberangkatkan pada pukul 07.00 WIB, tetapi ternyata kapal baru diberangkatkan pada pukul 07.45 WIB. Jadi, masih sekitar 1 jam lagi baru kami berangkat.

Dari ruang tunggu, kami berjalan menuju jembatan. Terlihat beberapa kapal dengan rute Kepulauan Seribu yang berlabuh menunggu penumpang.

Kami juga melihat sebuah kapal Pinisi berukuran besar di ujung jembatan. Sayangnya, kami tak sempat berfoto di depan kapal Pinisi, karena kami harus segera naik ke atas KM Satria Express.

Karena posisi KM Satria Express ada di urutan kedua dari jembatan, maka untuk naik ke atas kapal harus melewati kapal di urutan pertama. Jadi, kami harus melangkah dengan hati-hati, agar tidak nyemplung ke dalam laut. Kan nggak lucu ya, kalau sampai nyemplung ke dalam laut. Ha-ha.

Bersyukur, akhirnya kami bisa naik ke atas kapal dengan selamat. Kami langsung mencari tempat duduk di dek dua bagian tengah, dengan posisi duduk sebelah kanan.

Oh ya, di dek dua ini, tidak ada kursi duduk ya guys, jadi para penumpang hanya bisa lesehan. Tempat duduk hanya tersedia di dek satu. Dari dek satu, kita tidak bisa melihat pemandangan laut Jakarta secara menyeluruh, kecuali dari dek dua.

Setelah mendapat tempat lesehan yang nyaman, kami kemudian sarapan bubur ayam yang tadi dibeli di Jemb. Lima - mumpung masih sepi.

Setelah sarapan, para penumpang mulai berdatangan naik ke atas KM Satria Express. Dalam sekejap KM Satria Express tujuan Pulau Pari penuh. Untunglah, kami sudah selesai sarapan.

Pada pukul 07.35, mesin kapal dinyalakan - tanda kalau sesaat lagi kapal akan diberangkatkan. Dan benar saja, pada pukul 07.45 kapal berangkat.

Menurut perhitungan saya, ada sekitar 3 kapal tradisional yang berangkat dari pelabuhan Muara Angke pagi tadi menuju pulau-pulau di Kepulauan Seribu. Kapal terakhir yang diberangkatkan adalah KM Satria Express yang kami tumpangi.

Kapal kami mulai melaju dengan kekuatan penuh. Dari atas kapal, kami bisa melihat pemandangan gedung-gedung pencakar langit Jakarta, kapal-kapal nelayan yang sedang berlabuh di pelabuhan, dan pemandangan laut yang teduh.

Namun, yang sangat disayangkan adalah banyak sampah plastik yang bertebaran di atas permukaan air laut. Pemandangan seperti ini, sudah sering saya lihat ketika melakukan perjalanan laut dari Jakarta menuju Ambon.

Kepada penumpang kapal dan masyarakat, tolonglah sampah plastik jangan dibuang ke laut karena akan merusak ekosistem laut.

Kira-kira 1 jam perjalanan, kapal kami mulai oleng, karena gelombang laut. Ini terjadi karena hari sudah mulai siang.

Ketika hari sudah siang, angin akan berhembus dan menghasilkan gelombang. Sebabnya, kebanyakan kapal kecil akan memilih berangkat pada pagi hari, ketimbang siang hari, demi menghindari gelombang.

Kami tiba di Pulau Pari sekitar pukul 09.45. Sehingga, total waktu perjalanan dari pelabuhan Muara Angke ke pelabuhan Pulau Pari sekitar 2 jam.

Ketika kapal sandar, para penumpang berlomba-lomba untuk turun. Kami tidak buru-buru turun, kami turun belakangan - ini untuk menghindari kecelakaan.

Di atas pelabuhan, terlihat puluhan wisatawan yang bergegas naik ke atas kapal. Mereka sudah selesai berwisata di Pulau Pari dan sekarang kembali ke Jakarta.

Kami berdua menenteng barang bawaan kami turun dari kapal dan langsung menuju Pantai Pasir Perawan. Dari pelabuhan, kami berjalan kaki menuju spot sekitar 15 menit - lumayan capek.

Meskipun capek, sepanjang jalan, kami disuguhkan dengan keindahan pantai pasir putih dan pemandangan pohon cemara yang tumbuh di tepi pantai Pulau Pari.

Kami menyapa beberapa warga lokal yang kami temui di perjalanan menuju Pantai Pasir Perawan. Mereka sangat ramah pada para wisatawan.

Tak terasa, kami sudah tiba di Pantai Pasir Perawan. Di depan, ada gapura bertuliskan "Selamat Datang di Pantai Pasir Perawan Pulau Pari."

Karena kami tidak nyewa penginapan atau homestay dan hanya nenda saja, maka kami wajib mendaftar dan membayar biaya bermalam di Pantai Pasir Perawan.

Oh ya, lokasi pendaftaran ada di sebelah kiri jalan, setelah melewati gapura. Di sini, kami rencana nenda sampai hari Jumat, hari Sabtu pagi sudah kembali ke Jakarta. Jadi, biayanya sebesar Rp 120.000.

Setelah selesai pendaftaran, kami berjalan kaki menuju lokasi nenda yang tak jauh dari lokasi pendaftaran. Wow, asli Pantai Pasir Perawannya keren banget guys.

Terlihat beberapa tenda sudah berdiri di tepi pantai, beberapa lagi sedang didirikan oleh wisatawan. Kami mencari spot tenda, dan kami menemukan spot yang pas menghadap ke laut.

Barang-barang kami taruh di dekat pohon, sementara itu kami dirikan tenda. Tak perlu memakan waktu lama, tenda kami pun selesai didirikan.

Setelah itu, saya mencari warung untuk menumpang cas HP dan notebook. Sekadar info, untuk ngecas HP atau laptop selama nenda gratis tak perlu bayar. Sebab, biayanya sudah termasuk dalam biaya bermalam di Pantai Pasir Perawan.

Sebenarnya, dalam perjalanan dengan kapal tadi, saya sempat menulis di notebook, tapi bateri notebook saya tiba-tiba sekarat, sehingga tak dapat melanjutkannya.

Memang, saya sempat ngecas di atas kapal, tapi hanya sebentar saja, karena kapal akan sandar di pelabuhan Pulau Pari. Saya baru melanjutkan cerita ini, setelah mendarat di Pulau Pari.

Nah, itu dia, cerita singkat tentang perjalanan kami dari pelabuhan Muara Angke ke pelabuhan Pulau Pari dengan KM Satria Express. Nantikan cerita selanjutnya tentang pengalaman kami nenda selama di Pantai Pasir Perawan dan aktivitas yang kami lakukan selama di Pulau Pari.

Sampai jumpa!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun