Kepada penumpang kapal dan masyarakat, tolonglah sampah plastik jangan dibuang ke laut karena akan merusak ekosistem laut.
Kira-kira 1 jam perjalanan, kapal kami mulai oleng, karena gelombang laut. Ini terjadi karena hari sudah mulai siang.
Ketika hari sudah siang, angin akan berhembus dan menghasilkan gelombang. Sebabnya, kebanyakan kapal kecil akan memilih berangkat pada pagi hari, ketimbang siang hari, demi menghindari gelombang.
Kami tiba di Pulau Pari sekitar pukul 09.45. Sehingga, total waktu perjalanan dari pelabuhan Muara Angke ke pelabuhan Pulau Pari sekitar 2 jam.
Ketika kapal sandar, para penumpang berlomba-lomba untuk turun. Kami tidak buru-buru turun, kami turun belakangan - ini untuk menghindari kecelakaan.
Di atas pelabuhan, terlihat puluhan wisatawan yang bergegas naik ke atas kapal. Mereka sudah selesai berwisata di Pulau Pari dan sekarang kembali ke Jakarta.
Kami berdua menenteng barang bawaan kami turun dari kapal dan langsung menuju Pantai Pasir Perawan. Dari pelabuhan, kami berjalan kaki menuju spot sekitar 15 menit - lumayan capek.
Meskipun capek, sepanjang jalan, kami disuguhkan dengan keindahan pantai pasir putih dan pemandangan pohon cemara yang tumbuh di tepi pantai Pulau Pari.
Kami menyapa beberapa warga lokal yang kami temui di perjalanan menuju Pantai Pasir Perawan. Mereka sangat ramah pada para wisatawan.
Tak terasa, kami sudah tiba di Pantai Pasir Perawan. Di depan, ada gapura bertuliskan "Selamat Datang di Pantai Pasir Perawan Pulau Pari."
Karena kami tidak nyewa penginapan atau homestay dan hanya nenda saja, maka kami wajib mendaftar dan membayar biaya bermalam di Pantai Pasir Perawan.