Keesokan harinya aku menemukan box yang berisi surat dan foto waktu aku masih SMA. Aku langsung berlari dan mencari siapa pengirim box ini. Tapi aku tidak menemukan siapapun. Aku kembali kerumah dengan rasa menyesal dan melihat surat-surat.
Surat-surat itu bertuliskan hal yang sama, namun seperti biasa tidak ada nama pengirimnya. Selama satu minggu, surat dan foto ini terus berdatangan namun tetap tidak ada nama pengirimnya.
Akhirnya aku mencoba untuk begadang untuk memeriksa siapa yang mengirim box itu. Aku mencoba untuk menatap ke jendela dan menunggunya. Tiba-tiba ada suara
"klotak, klotak, klotak, klotak, klotak" suara hentakan kaki
Aku melihat jarak dekat, dia mengenakan jaket merah dan memakai masker diwajahnya. Seperti ada yang ditutupi dari orang itu. Dengan cepat aku membuka pintu, tiba-tiba dia lari begitu kencang. Tapi, aku tidak bisa mendapatkannya, aku sudah lelah karena dia berlari seperti singa.
Setelah kejadian itu, aku tidak mendapatkan surat lagi.
Pikiranku terus mengatakan "siapa yang mengirim surat ini. Apakah dia waktu SMA? Tapi mana mungkin, dia kan sudah punya pacar."
Setelah satu minggu terlewat sejak kejadian itu, aku mencoba untuk melupakannya. Saat bulan sudah menyinari langit, aku hendak pergi untuk membeli nasi goreng. Tiba-tiba ada bapak-bapak datang dan duduk disebelahku
"srek srek" bunyi kursi
bapak itu berkata "nak, bapak duduk disebelahmu ya?"
"silahkan pak" sambil tersenyum
Sambil menunggu nasi goreng dibuat, bapak itu tiba-tiba bercerita tentang masalahnya dirumah. Aku hanya diam dan mendengar sambil menikmati nasi gorengku. Selesainya bapak itu bercerita, dia menghampiri ibu penjual nasi goreng.
"berapa bu harga dua nasi goreng?"
"loh, bapak tadi kan hanya membeli satu porsi saja?" ibu itu bertanya dengan heran
"Nasi goreng yang dimakan kakak ini, biar saya yang bayar juga"
Aku kaget dengan perkataan bapak itu dan aku langsung mencegahnya
"tidak usah pak, terima kasih."
"tidak apa-apa, saya yang berterima kasih, karena kamu sudah mendengar cerita bapak yang panjang tadi. Terima kasih ya nak"
"sama-sama pak."
Dari kejadian ini aku mulai berpikir, nggak ada salahnya kalau aku introvert. Buktinya bapak yang tadi aja senang karena aku mau mendengar ceritanya tanpa menyela. Dulu memang aku ingin merubahnya tapi sekarang aku bangga dengan diriku.
Sinar matahari menyinari kamarku dan aku membuka jendela. Udara yang sejuk memasuki ruanganku. Saat aku melihat ke bawah, aku melihat box di teras rumahku. Aku langsung bergegas turun ke bawah.