Mohon tunggu...
Bica Aryheita
Bica Aryheita Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Seorang Introvert

1 Maret 2020   18:58 Diperbarui: 1 Maret 2020   19:05 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat lonceng berbunyi dan aku berjalan ke cafe itu. Dalam perjalanan, aku mulai bingung. Aku bingung harus ngomong apa dan tiba-tiba aku merasa energiku terserap. Tiba-tiba aku menjadi lemas untuk berjalan dan tubuhku mengeluarkan keringat.

Setibanya di cafe, aku melambaikan tangan padanya dan say hi. Dia mulai mengajakku berbicara dan bertanya padaku. Pikiranku mulai berbisik lagi dan mulutku tidak mau berkata apapun. Aku mencoba untuk memotivasi diriku dan mengatakan dalam hati
"ayo, berbicaralah sesuatu. Jangan diam saja kamu!"

Aku sedih sekali, padahal itu moment yang pas supaya aku bisa mengenalnya. Padahal aku sudah menyiapkan banyak pertanyaan dan pembicaraan yang ingin aku ucapkan. Tapi aku kesal, kenapa bibirku hanya membungkam saja.

Dia pun mulai kesal dan bertanya
"kamu kenapa? Kamu sakit?"
"nggak, aku nggak sakit kok, hanya saja.."
"kenapa, kamu ada masalah?"
"Aku nggak papa kok, cuman aku nggak bisa lama-lama disini. Aku sudah dijemput mamaku di depan."
"oh, ok. Hati-hati ya, mau aku antarkan sampai depan?"
"nggak perlu kok. Makasih ya sudah mengajakku kesini dan bercerita."
"sama-sama, sampai jumpa besok"

Rasanya malu dan menyesal karena aku telah membohonginya. Nggak tahu kenapa tiba-tiba ketakutanku mulai muncul lagi. Mulutku seolah seperti terikat rantai dan susah untuk menggerakkannya.

Sampainya dirumah yang kulakukan hanyalah menangis dan merasa diri tidak berguna. Aku sangat malu dengan kepribadianku. Aku ingin sekali merubahnya dan membuangnya. Mengapa bisa semua usaha yang kulakukan sia-sia saja.

Keesokan harinya, bertekad untuk menjauhinya. Meskipun kata temanku dia menyukaiku namun aku berpikir jika aku nggak layak. Sampai akhir duduk dibangku SMA pun dia masih mengejarku.

Aku mencoba untuk melupakannya dengan pergi untuk study ke tempat yang jauh.  Jujur aku lelah dengan kepribadianku dan mencoba untuk menutupinya dari orang-orang. Aku berpura-pura untuk merasa nyaman ditengah keramaian, aku berpura-pura untuk membawa suasana keramaian dan aku berpura-pura menjadi orang yang fun di depan temanku. 

Setiap malam aku hanya berpesan pada Tuhan, supaya dia bisa melupakanku dan mendapatkan orang yang lebih baik dariku. Beberapa bulan kemudian aku mendengar kabar jika dia sudah memiliki pacar. Perasaan senang dan sedih bercampur aduk, aku yakin itu yang terbaik untuknya.

Selama 2 tahun berkuliah, lama-lama aku lelah. Aku capek kalau harus menyembunyikan segalanya. Tubuhku seperti berat untuk berjalan.

Pagi hari, di teras rumah, aku menemukan surat dan terdapat bunga mawar.
Surat itu bertuliskan "untuk orang yang aku sayangi sejak SMA".
Sontak aku berpikir "apakah ini darinya, tapi mana mungkin. Aku kan tidak memberitahukan alamat ini padanya"
Aku menggerakkan kepalaku ke kanan dan kiri, namun tidak aku tidak melihatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun