Biografi Rabi'ah al-Adawiyah
Nama Lengkap: Rabi'ah binti Ismail al-Adawiyah
Lahir: Sekitar tahun 717 M (Basra, Irak)
Wafat: Sekitar tahun 801 M
Latar Belakang:
Rabi'ah al-Adawiyah berasal dari keluarga miskin. Ia dilahirkan sebagai anak keempat, sehingga dinamakan "Rabi'ah" yang berarti "anak keempat." Ayahnya adalah seorang yang saleh namun hidup sederhana. Setelah kedua orang tuanya wafat, Rabi'ah mengalami masa-masa sulit, termasuk menjadi budak.
Kisah hidupnya berubah ketika majikannya melihat kesalehan dan ibadahnya yang luar biasa. Rabi'ah sering melaksanakan ibadah malam, memohon ampunan dan kasih sayang Allah. Terinspirasi oleh kesalehannya, majikannya membebaskannya. Setelah itu, Rabi'ah memilih hidup sebagai seorang sufi, mengabdikan seluruh hidupnya untuk Allah.
Salah satu Ajaran dan Konsep Utama Tasawuf Rabi'ah al-Adawiyah adalah:Â
Mahabbah (cinta illahi)
Rabi'ah dikenal sebagai pelopor konsep cinta ilahi (mahabbah) dalam tasawuf. Menurutnya, cinta kepada Allah harus murni dan tidak bersyarat.
Ibadah Tanpa Pamrih:
"Aku menyembah Allah bukan karena takut akan neraka atau menginginkan surga, tetapi semata-mata karena cintaku kepada-Nya".Baginya, cinta yang tulus kepada Allah adalah tujuan tertinggi dalam kehidupan spiritual.
Rabi'ah al-Adawiyah tidak meninggalkan karya tulis, tetapi ajarannya diabadikan melalui syair, doa, dan kisah yang diceritakan oleh murid-murid dan para pengikutnya. Berikut adalah salah satu syair terkenal yang menunjukkan cintanya kepada Allah: "Ya Allah, jika aku menyembah-Mu karena takut neraka, bakarlah aku di dalamnya. Dan jika aku menyembah-Mu karena mengharap surga, tutuplah pintunya bagiku. Tetapi jika aku menyembah-Mu karena cinta kepada-Mu, maka janganlah Engkau menghalangiku dari keindahan wajah-Mu."
Mahabbah dalam pandangan Rabi'ah al-Adawiyah adalah konsep cinta ilahi yang menjadi inti dari pendekatan tasawufnya. Mahabbah menurutnya merupakan cinta yang murni, tanpa pamrih, dan tanpa syarat kepada Allah. Dalam konteks tasawuf, ini berarti mencintai Allah bukan karena takut kepada neraka atau mengharapkan surga, tetapi semata-mata karena Allah layak dicintai.
Ciri-ciri Mahabbah Menurut Rabi'ah al-Adawiyah
1. Cinta Murni kepada Allah
Mahabbah adalah hubungan spiritual yang bersifat eksklusif antara seorang hamba dengan Allah. Ia menekankan bahwa cinta kepada Allah tidak boleh bercampur dengan rasa takut (khouf) akan hukuman-Nya atau harapan (raja') akan pahala-Nya. Ia berkata: "Ya Allah, jika aku menyembah-Mu karena takut neraka, bakarlah aku di dalamnya. Jika aku menyembah-Mu karena mengharap surga, tutuplah pintunya bagiku. Tetapi jika aku menyembah-Mu karena cinta kepada-Mu, maka janganlah Engkau menghalangiku dari keindahan wajah-Mu."
2. Mengutamakan Allah di Atas Segala Hal
Cinta kepada Allah harus menjadi cinta tertinggi, mengatasi segala cinta duniawi, termasuk cinta kepada manusia, harta, atau kedudukan. Bagi Rabi'ah, mahabbah berarti fokus sepenuhnya kepada Allah dan menyerahkan segalanya kepada-Nya.
3. Cinta yang Tidak Bersyarat
Mahabbah tidak bergantung pada keadaan atau hasil. Bahkan dalam penderitaan, seseorang tetap mencintai Allah karena cinta itu berasal dari keyakinan bahwa Allah Maha Sempurna. Mahabbah adalah bentuk pengabdian penuh dan rasa syukur yang tulus.
4. Penyucian Jiwa (Tazkiyatun Nafs)
Untuk mencapai mahabbah, seseorang harus menyucikan hatinya dari penyakit hati seperti kesombongan, iri hati, dan kecintaan berlebihan kepada dunia.
5. Kesadaran Akan Kehadiran Allah
Mahabbah melibatkan kesadaran penuh akan kehadiran Allah dalam setiap aspek kehidupan. Dengan cinta kepada Allah, seseorang selalu merasa dekat dengan-Nya, meskipun tanpa wujud fisik.
Aplikasi Mahabbah dalam Tasawuf
Ibadah dengan Cinta:
Ibadah bukan hanya kewajiban, tetapi menjadi ekspresi cinta yang tulus kepada Allah. Ibadah dengan cinta adalah konsep ibadah yang dilakukan bukan karena rasa takut akan hukuman Allah (neraka) atau harapan akan pahala-Nya (surga), tetapi karena kecintaan yang mendalam kepada-Nya. Dalam ajaran tasawuf, terutama menurut Rabi'ah al-Adawiyah, cinta kepada Allah (mahabbah) menjadi motivasi utama dalam menjalankan ibadah, sehingga ibadah menjadi bentuk hubungan yang intim dan tulus antara hamba dengan Tuhannya.
Akhlak yang Mulia:
Mahabbah mendorong manusia untuk mencerminkan sifat-sifat kasih sayang dan rahmat Allah dalam hubungannya dengan sesama makhluk.
Keikhlasan dalam Segala Hal:
Semua perbuatan dilakukan dengan ikhlas karena Allah, bukan untuk mendapatkan pujian atau balasan.
Karakteristik Ibadah dengan Cinta
1. Niat yang Murni
Ibadah dilakukan semata-mata untuk mencari ridha Allah, bukan untuk mendapatkan penghargaan dunia atau akhirat.
Hal ini sejalan dengan firman Allah: "Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku." (QS. Adz-Dzariyat: 56).Â
Niat yang murni membuat ibadah menjadi pengalaman spiritual, bukan sekadar rutinitas fisik.
2. Kesadaran dan Keikhlasan
Dalam ibadah dengan cinta, seseorang menyadari kehadiran Allah di setiap tindakan. Tidak ada unsur paksaan atau keterpaksaan dalam melaksanakan ibadah, melainkan dilakukan dengan hati yang lapang dan tulus.
3. Rasa Syukur yang Mendalam
Ibadah menjadi cara untuk mengekspresikan rasa syukur atas segala nikmat yang telah Allah berikan. Rabi'ah al-Adawiyah sering menekankan bahwa cinta kepada Allah berasal dari pengakuan akan kebesaran dan rahmat-Nya yang tak terhingga.
4. Kehadiran Hati (Khushu')
Ibadah dengan cinta melibatkan hati yang hadir sepenuhnya, fokus kepada Allah tanpa gangguan duniawi. Ketika hati mencintai Allah, ibadah tidak lagi terasa berat, melainkan menjadi kebutuhan yang memberikan ketenangan jiwa.
5. Pengabdian yang Total
Semua aspek kehidupan menjadi ibadah jika dilakukan dengan cinta kepada Allah. Seperti yang diajarkan dalam Islam, ibadah tidak hanya shalat, puasa, atau zikir, tetapi juga pekerjaan sehari-hari, asalkan dilakukan dengan niat yang benar.
Penerapan Ibadah dengan Cinta
1. Dalam Shalat
Melakukan shalat dengan menghadirkan cinta kepada Allah, merasakan kedekatan dengan-Nya, dan menghayati setiap ayat yang dibaca.Shalat tidak hanya menjadi kewajiban, tetapi sarana untuk berbicara dan mencurahkan isi hati kepada Allah.
2. Dalam Puasa
Berpuasa tidak hanya untuk menahan lapar dan haus, tetapi sebagai bentuk pengabdian kepada Allah dengan menahan diri dari hal-hal yang dapat menjauhkan diri dari-Nya.
3. Dalam Zikir
Mengingat Allah melalui zikir dilakukan dengan rasa cinta dan rindu kepada-Nya, sehingga hati menjadi tenang.
Firman Allah: "Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra'd: 28)
4. Dalam Interaksi Sosial
Menolong orang lain, bersedekah, dan berbuat baik kepada sesama dilakukan dengan cinta kepada Allah, bukan untuk pujian. Menganggap setiap perbuatan baik sebagai wujud cinta kepada makhluk Allah.
Keutamaan Ibadah dengan Cinta
1. Menghasilkan Kedekatan dengan Allah (Qurbah)
Cinta dalam ibadah menciptakan hubungan yang intim dengan Allah, sehingga seseorang merasakan kehadiran-Nya dalam setiap aspek kehidupan.
2. Membawa Kedamaian Jiwa
Ibadah yang dilandasi cinta memberikan ketenangan dan kebahagiaan, karena hati tidak lagi terikat oleh rasa takut atau harapan duniawi.
3. Meningkatkan Kualitas Ibadah
Ketika ibadah dilakukan dengan cinta, kualitasnya meningkat karena dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh penghayatan.
4. Menghilangkan Egoisme
Cinta kepada Allah menghapuskan ego dan menjadikan hamba lebih ikhlas serta rendah hati. Contoh Ibadah dengan Cinta dalam Syair Rabi'ah al-Adawiyah. Salah satu doa Rabi'ah yang terkenal menggambarkan ibadah dengan cinta: "Ya Allah, malam ini bintang-bintang bersinar terang, manusia telah tidur nyenyak, para raja telah menutup pintu istananya, tetapi pintu-Mu tetap terbuka. Aku datang kepada-Mu untuk mencari cinta-Mu."
Kesimpulan
Ibadah dengan cinta adalah bentuk pengabdian tertinggi dalam tasawuf. Ia mengajarkan bahwa inti dari ibadah adalah hubungan cinta antara hamba dan Tuhannya. Ketika cinta menjadi dasar, ibadah tidak lagi terasa sebagai beban, tetapi menjadi kebutuhan yang memberikan kebahagiaan dan ketenangan jiwa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H