"Aku menyembah Allah bukan karena takut akan neraka atau menginginkan surga, tetapi semata-mata karena cintaku kepada-Nya".Baginya, cinta yang tulus kepada Allah adalah tujuan tertinggi dalam kehidupan spiritual.
Rabi'ah al-Adawiyah tidak meninggalkan karya tulis, tetapi ajarannya diabadikan melalui syair, doa, dan kisah yang diceritakan oleh murid-murid dan para pengikutnya. Berikut adalah salah satu syair terkenal yang menunjukkan cintanya kepada Allah: "Ya Allah, jika aku menyembah-Mu karena takut neraka, bakarlah aku di dalamnya. Dan jika aku menyembah-Mu karena mengharap surga, tutuplah pintunya bagiku. Tetapi jika aku menyembah-Mu karena cinta kepada-Mu, maka janganlah Engkau menghalangiku dari keindahan wajah-Mu."
Mahabbah dalam pandangan Rabi'ah al-Adawiyah adalah konsep cinta ilahi yang menjadi inti dari pendekatan tasawufnya. Mahabbah menurutnya merupakan cinta yang murni, tanpa pamrih, dan tanpa syarat kepada Allah. Dalam konteks tasawuf, ini berarti mencintai Allah bukan karena takut kepada neraka atau mengharapkan surga, tetapi semata-mata karena Allah layak dicintai.
Ciri-ciri Mahabbah Menurut Rabi'ah al-Adawiyah
1. Cinta Murni kepada Allah
Mahabbah adalah hubungan spiritual yang bersifat eksklusif antara seorang hamba dengan Allah. Ia menekankan bahwa cinta kepada Allah tidak boleh bercampur dengan rasa takut (khouf) akan hukuman-Nya atau harapan (raja') akan pahala-Nya. Ia berkata: "Ya Allah, jika aku menyembah-Mu karena takut neraka, bakarlah aku di dalamnya. Jika aku menyembah-Mu karena mengharap surga, tutuplah pintunya bagiku. Tetapi jika aku menyembah-Mu karena cinta kepada-Mu, maka janganlah Engkau menghalangiku dari keindahan wajah-Mu."
2. Mengutamakan Allah di Atas Segala Hal
Cinta kepada Allah harus menjadi cinta tertinggi, mengatasi segala cinta duniawi, termasuk cinta kepada manusia, harta, atau kedudukan. Bagi Rabi'ah, mahabbah berarti fokus sepenuhnya kepada Allah dan menyerahkan segalanya kepada-Nya.
3. Cinta yang Tidak Bersyarat
Mahabbah tidak bergantung pada keadaan atau hasil. Bahkan dalam penderitaan, seseorang tetap mencintai Allah karena cinta itu berasal dari keyakinan bahwa Allah Maha Sempurna. Mahabbah adalah bentuk pengabdian penuh dan rasa syukur yang tulus.
4. Penyucian Jiwa (Tazkiyatun Nafs)