Salah satu syarat menuju ke sana, pertama dan utama, adalah perekonomian negara yang kuat. Setelah itu, ketahanan negara yang juga kuat. Ketahanan di sini buat semata pertahanan dalam konteks militer, melainkan di segala aspek. Salah satunya ketahanan pangan.
Karena apabila terjadi perang, maka segala bidang di masyarakat terlibat. Pasokan paling penting justru pangan bagi rakyat. Karena bisa dipastikan, segala pasokan dari luar negeri akan sangat terganggu. Apalagi bila diberlakukan embargo, kita tidak bisa lagi mengimpor. Aset negara di perbankan asing bisa jadi juga akan dibekukan.
Belum lagi kondisi pasar internasional yang kacau-balau. Bursa saham, pasar komoditi, dan nilai valuta akan hancur. Pasokan berbagai bahan pokok juga sangat terganggu. Pertanian, Perkebunan, peternakan, perikanan, tidak akan berfungsi dengan baik. Demikian juga industri semuanya dioptimalkan untuk memenangkan perang bagi negara yang terlibat.
Apakah Perang Dunia III mungkin terjadi? Bagi saya, jawabannya sangat mungkin. Dan bila itu terjadi, bisa jadi akan menjadi "Armageddon". Ini adalah istilah untuk "Perang Terakhir" yang digunakan dalam Bible, secara peyoratif berarti "kiamat". Di sini, berarti kiamat karena ulah manusia sendiri. Bukan karena takdir Tuhan yang banyak disebut agama "Abrahamic" atau "samawi".
Eskalasi Konflik Di Timur Tengah
Apabila kita mencermati wilayah asal tiga agama "samawi" yaitu Timur-Tengah, di sana lah konflik terus membara selama berabad-abad. Pasca Perang Dunia II, kondisi tersebut diperparah dengan pendirian negara Israel pada tahun 1948 yang diinisiasi Inggris. Wilayah Israel bahkan makin luas pasca memenangkan Perang Enam Hari pada 1967 dan Perang Yom Kippur pada 1973 melawan negara-negara Arab tetangganya.
Konflik terbaru kali ini dimulai dengan serangan mendadak Hamas dari Jalur Gaza ke wilayah Israel pada 7 Oktober 2023. Ini adalah kali kelima terjadi konflik antara Israel dengan Hamas. Wilayah Palestina yang kini terbagi dua juga dikuasai oleh dua kelompok. Jalur Gaza dikuasai Hamas, sementara Tepi Barat diperintah oleh Otoritas Palestina yang mayoritas merupakan kelompok Fatah.
Israel tidak tinggal diam atas serangan Hamas. Dengan dalih membela diri, pada 8 Oktober 2023 pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu didukung parlemen Israel menyatakan negaranya dalam keadaan perang atau darurat militer. Sejak itu, Israeli Defense Force (IDF) / Angkatan Pertahanan Israel (API) telah menyerang Palestina melalui darat, laut, dan udara.
Konflik terus bereskalasi ketika API meluaskan wilayah serangan ke negara tetangganya. Yaman diserang dengan tujuan menyerang Houthi, dan Lebanon diserang dengan tujuan menyerang Hezbollah. Serangan tidak langsung juga dilakukan terhadap Iran. Pada 31 Juli 2024, Israel membunuh Pemimpin Politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran-Iran. Sebelumnya pada 27 September 2024, dilancarkan serangan udara AU Israel ke Beirut-Lebanon menewaskan Pemimpin Hezbollah Hasan Nasrallah.
Perkembangan terbaru terjadi pada Selasa malam, 1 Oktober 2024 lalu. Israel dihujani tembakan 180-200 roket balistik dari Iran. Ini merupakan perkembangan berbahaya, karena Israel dilindungi oleh AS. Sebagai salah 1 dari 5 pemegang hak veto di Dewan Keamanan PBB, AS telah menggunakannya sebanyak 14 kali untuk mendukung Israel sejak tahun 2001. Veto itu digunakan untuk mencegah DK PBB menjatuhkan sanksi kepada Israel, bahkan juga mencegah bantuan kemanusiaan dan gencatan senjata. Terhitung sejak berdirinya PBB tahun 1948, AS telah 45 kali memveto resolusi DK PBB terkait Israel. Apabila Iran masuk ke gelanggang perang konflik di Timur-Tengah, akan memungkinkan pecahnya Perang Dunia III. Karena baik Iran, Israel, maupun AS sama-sama memiliki senjata nuklir.
Rusia dan China: Raksasa Yang Tidur