Alya tertawa kecil mendengar pertanyaan itu, “Oooh… kalau nggak ada lemburan sih biasanya jam lima teng. Soalnya aku kan cuma sekertaris, bukan boss kayak Mas Bas…”
Basuki tampak salah tingkah, ia lalu melanjutkan kalimatnya, “Kalau pulang, biasanya naik apa?”
“Hehehe… kalau ada tebengan sih bareng temen. Makanya teng-go. Kalau nggak ya naik bus. Udah biasa kok…,” jawab Alya ringan.
“Mmmm…. Boleh nggak kalau sekali-kali aku jemput…?” Basuki bertanya ragu.
Alya mengernyitkan dahi, tapi tersenyum, “Ya, kenapa nggak? Tapi rumah Mas Bas emang di mana?”
“Aku? Nnnggg.. dekat sini sih. Di apartemen situ, yang belakangnya pusat belanja yang baru direnovasi itu…,” jawabnya.
Alya tampak mengangkat kepala, mulutnya menganga seperti hendak mengatakan sesuatu, tapi tidak jadi. Tapi kemudian ia berkata lagi, berbarengan dengan Basuki yang bertanya.
“Kalau kamu?” tanya Basuki, bersamaan dengan Alya berkata menanggapi, “Oh, di situ…”
Keduanya lalu tertawa. Bicara bersamaan hingga bertabrakan memang jarang terjadi dan lucu.
“Ya udah, Mas Bas duluan…,” Alya mempersilahkan.
“Hehe… aku cuma mau tanya, kamu di mana?” Basuki melanjutkan kalimatnya.