Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merayakan Harmoni Kehidupan di Pasar Rakyat Bersama "Dondong Opo Salak"

21 Desember 2016   22:31 Diperbarui: 21 Desember 2016   22:34 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebaliknya, jangan pula kita nakal. Walaupun tidak disebutkan dalam lagu itu, nakal termasuk contoh ketika berdagang dengan alat ukur yang tidak benar. Orang beli satu kilogram beras, ternyata di rumah ditimbang lagi hanya 0,9 kilogram. Orang beli kain dua meter, setelah di rumah diukur ternyata hanya 1,9 meter.

Bukan hanya pedagang. Pembeli pun tidak boleh nakal, harus jujur. Makan di warung, ambil tahu dua potong, bilang hanya makan sepotong tahu. Di pasar yang menjual buah satuan bukan berdasarkan berat, ambil jeruk enam bilang hanya ambil lima jeruk.

Apa akibatnya kalau rewel dan nakal? Tentu ibu tak akan memberi oleh-oleh berupa kacang dan roti. Dalam kehidupan sebenarnya, kalau kita sering rewel dan nakal (baca juga: korupsi), tentu cepat atau lambat ada hukuman juga.

Lirik lagu dan notasi angka
Lirik lagu dan notasi angka
Namun bagi saya pribadi, yang menarik juga adalah oleh-oleh berupa kacang dan roti. Hampir semua anak tentu senang dengan jajanan berupa kacang, tetapi keberadaan roti dalam lagu itu menunjukkan bahwa sejak dulu, di pasar pun bisa diperoleh roti. Meski “roti” bisa diartikan macam-macam, termasuk macam-macam jenis makanan, tetapi sebagai negara yang sempat lama berada di bawah pemerintahan kolonial bangsa Eropa  (Portugis, Pranvis, Inggris, dan Belanda) yang roti merupakan makanan sehari-hari, tampaknya tradisi makan roti memang sudah mengakar pula di kehidupan kita.

Apa pun itu, lewat “Festival Pasar Rakyat” kerja sama Kompasiana dan Yayasan Danamon Peduli, kita diingatkan kembali lewat lagu Dondong Opo Salak bahwa pasar (rakyat) memang tempat kita belajar segala hal terkait kehidupan kita. Sungguh sesuai dengan tema festival tersebut yang mengajak kita semua untuk “merayakan harmoni kehidupan”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun