Sebaliknya, jangan pula kita nakal. Walaupun tidak disebutkan dalam lagu itu, nakal termasuk contoh ketika berdagang dengan alat ukur yang tidak benar. Orang beli satu kilogram beras, ternyata di rumah ditimbang lagi hanya 0,9 kilogram. Orang beli kain dua meter, setelah di rumah diukur ternyata hanya 1,9 meter.
Bukan hanya pedagang. Pembeli pun tidak boleh nakal, harus jujur. Makan di warung, ambil tahu dua potong, bilang hanya makan sepotong tahu. Di pasar yang menjual buah satuan bukan berdasarkan berat, ambil jeruk enam bilang hanya ambil lima jeruk.
Apa akibatnya kalau rewel dan nakal? Tentu ibu tak akan memberi oleh-oleh berupa kacang dan roti. Dalam kehidupan sebenarnya, kalau kita sering rewel dan nakal (baca juga: korupsi), tentu cepat atau lambat ada hukuman juga.
Apa pun itu, lewat “Festival Pasar Rakyat” kerja sama Kompasiana dan Yayasan Danamon Peduli, kita diingatkan kembali lewat lagu Dondong Opo Salak bahwa pasar (rakyat) memang tempat kita belajar segala hal terkait kehidupan kita. Sungguh sesuai dengan tema festival tersebut yang mengajak kita semua untuk “merayakan harmoni kehidupan”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H