Mohon tunggu...
Yohanes Maget
Yohanes Maget Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

aku pencari yang tak pernah berhenti mencari

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mati di Kloset

30 Desember 2013   19:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:20 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“ Seret dia ke kamar mandi!” Julio bersuara sambil merapikan pakaiannya. Tanpa beban.

“Tapi…”

“Ah…kamu ini!” Julio langsung menyeret Chandra, seperti menyeret seekor binatang yang sudah tak bernyawa. Chandra tak bisa bersuara…tak bisa berteriak. Ia lesu, tak ingin hidup lagi. Julio terus menyeret tubuh telanjang itu tanpa belaskasih. Ia menyeret tubuh itu sampai masuk ke dalam salah satu kamar kecil. Ia mendudukkan tubuh Chandra yang hampir tanpa tanda kehidupan itu di atas kloset. Julio hendak keluar ruangan itu tapi…Julio kembali dirasuki nafsu setan. Ia kembali melakukan tindakan tak senonohnya. Chandra tak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya terdiam, ia menangis dalam hatinya. Julio memang tak punya perasaan manusia. Julio belum berhenti sampai…

“Julio, cukup! Kita pulang saja. Sudah terlalu sore,” ajak temannya.

“Oh…ya, ya,” Julio segera merapikan kembali celananya,” wanita ini harus mampus!”

Julio langsung membenturkan kepala Chandra ke lantai dan…Chandra pun tergeletak dalam diam di atas kloset. Julio berlalu. Chandra sudah tak bernyawa. Jiwanya sudah pamit. Hari semakin sore dan ruangan itu sudah tak tertimpa cahaya matahari. Chandra sang bulan telah pergi, jauh ke alam yang tak terjangkau. Di luar, bulan tak sedikitpun menampakkan wajahnya. Chandra bukan meninggal tapi mati di atas kloset, mirip seekor binatang.

* * *

Keesokan pagi warga sekolah itu termasuk warga seluruh kota terkejut dengan berita tewasnya seorang pelajar di atas kloset. Matinya amat mengenaskan, amat menyedihkan. Ibunya memandang pilu ketika polisi mengangkat tubuh tak bernyawa seorang gadis yang adalah anaknya, puterinya. Ibunya menghampiri jenazah Chandra yang terbungkus kain putih. Raga tak bernyawa itu akan diangkut dengan ambulance menuju rumah sakit.

Sang ibu membuka kain yang menutup wajah Chandra. Wajah itu sudah hilang cerianya. Tak ada senyum di sana . Matanya tak lagi memandang penuh kasih pada sang ibu. Sang ibu hanya terdiam. Menangis dalam hening. Ia ingin memeluk tapi ia takut jika Chandra tak ingin dipeluk.

“Maafkan Ibu, Nak,” bisiknya dalam hati,” Ibu memang manusia yang bersalah. Ibu berdosa terhadapmu. Ibu tak mengasihimu, itu katamu. Tapi…tapi, Ibu cuma tak sanggup kamu mengetahui dari mana asalmu. Ibu sayang kamu, Chandra. Kamu memang bulan tapi kini sinarmu telah redup. Ibu yang membuat sinarmu hilang. Ya, sudah hilang.”

“Bu, jenazah anak Ibu harus dibawa ke rumah sakit,” seorang polisi menyadarkan sang Ibu dari alam khayalnya. Jenazah Chandra dimasukkan ke dalam ambulance. Sang ibu turut masuk ke dalam ambulance.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun