Dalam film "Godain Kita Dong" (1989) yang menceritakan keirian Kasino dan Indro pada Dono sebagai pekerja di peternakan ayam pamannya pada Dono, anak dari pamannya yang mengejar studi di Amerika Serikat.
Sepulangnya Dono ke rumah, justru Ia membawa seorang wanita asal Amerika bernama Madonna. Hal tersebut menjadi awal konflik film "Godain Kita Dong" (1989) dimulai.
Terlebih lagi, Dono telah dijodohkan oleh orangtuanya bersama wanita bernama Ayu Sukoco, anak dari teman lama orang tuanya.
Sehingga, paradigma  yang digunakan dalam film "Godain Kita Dong" (1989) menggunakan paradigma fungsionalisme.
Paradigma fungsionalisme disebarluaskan oleh Robert Merton dan Talcott Parsons pada tahun 1949, yang memandang bahwa suatu sistem masyarakat akan terjadi lantaran seimbangnya nilai -- nilai agama, keluarga, politik, dan sosial budaya.
Pada film "Godain Kita Dong" (1989) ditunjukkan melalui nilai keluarga Dono. Orang tua Dono yang mempertahankan nilai kekeluargaan, dengan menjodohkan Dono.
Perjodohan tersebut dilakukan lantaran adanya kesamaan latar belakang sosial dan budaya Ayu Sukoco dan Dono. Terlebih lagi, perjodohan tersebut bentuk perjanjian ekedua keluarga sejak lama.
Berbagai masalah dalam kisah percintaan Dono dan Madonna tak kunjung usai. Hingga, orang tua Dono diam - diam mengirim Madonna kembali ke Amerika.
Mau tidak mau, Dono mengikhlaskan kepergian Madonna dengan melanjutkan hidup di kampung halamannya, Indonesia.
Sedangkan dalam film "Cinta Brontosaurus" (2013) yang menceritakan alur kisah percintaan Dika pasca putus dari Nina, pacarnya.
Sehingga, paradigma yang digunakan untuk menarasikan cerita film adaptasi novel tersebut adalah paradigma fenomenologi.