1. Tahap Pengetahuan
Tahap pengetahuan dalam pelayanan “SIPRAJA” yaitu merupakan pengajuan surat secara online yang mana beberapa masyarakat belum mengetahui atau belum memiliki informasi mengenai pelayanan “SIPRAJA”. Pada tahapan ini petugas sudah melakukan sosialisasi kepada ketua RT dan RW yang nantinya diharapkan untuk diteruskan ke masyarakat desa. Dan selain sosialisasi, penyebaran informasi juga berasal dari banner dan media massa. Pada pengetahuan teknis petugas masih harus memberitahu dan mengarahkan masyarakat dalam proses pengoperasian “SIPRAJA”, hanya sedikit masyarakat yang telah mengetahui teknis atau prosedur dalam pelayanan “SIPRAJA”.
2. Tahap Persuasi
Tahap persuasi ini membahas mengenai kelebihan pelayanan, tingkat keserasian pelayana, kompleksitas pelayanan, uji coba pelayanan dan dapat diamatinya pelayanan “SIPRAJA”.
Kelebihan pelayanan “SIPRAJA” adalah lebih ekonomis, menghemat waktu, akuntabilitas, transparan, tidak tersita waktu, tidak mengeluarkan biaya karena semua proses dapat dilakukan secara mandiri lewat online, mempermudah masyarakat dan sesuai dengan tujuan dari pelayanan “SIPRAJA” untuk memudahkan masyarakat dalam pengajuan surat.
Tingkat keserasian atau kesesuaian pelayanan “SIPRAJA” sudah sesuai kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan pelayanan pengajuan surat. Hal ini didasari karena tujuan dari pelayanan “SIPRAJA” tersebut yaitu melakukan inovasi teknologi dengan membuat pelayanan pengajuan surat secara online agar dapat memberikan kemudahan bagi masyarakat yang sibuk atau tidak sempat ke Kantor Kelurahan untuk mengajukan surat yang dibutuhkan.
Kompleksitas atau kerumitan pada pelayanan “SIPRAJA” berkaitan dengan hambatan pada pelayanan “SIPRAJA”. Terjadi kendala apabila terkadang beberapa masyarakat lebih memilih datang langsung ke Kantor Kelurahan karena tidak bisa atau tidak mau mengoperasikan sendiri “SIPRAJA” sehingga petugas harus memproses pengajuan surat yang mana membutuhkan banyak waktu akhirnya terjadi antrian dan pelayanan akan menjadi lebih lama. Selain itu, kendala jaringan yang jarang terjadi juga dapat menghambat ketika pelayanan berlangsung.
Uji coba yang dilakukan petugas yang paling utama yaitu dilakukan trial dan error pada sistem dan hardware dari pelayanan “SIPRAJA” dan juga dilaksanakan uji coba pada awal dikenalkannya pelayanan “SIPRAJA” kepada masyarakat.
Kemudahan untuk diamati dalam pelayanan “SIPRAJA” adalah terkait dengan bagaimana pengamatan petugas dan masyarakat dalam mengamati proses pelayanan “SIPRAJA”. Pengamatan terhadap pelayanan “SIPRAJA” beberapa belum berjalan dengan bagus karena meskipun telah dijalankan sesuai dengan protapnya, kurangnya petugas Kelurahan dan banyak masyarakat yang tidak bisa menggunakan “SIPRAJA” sehingga proses pengamatan sedikit terhambat.
3. Tahap Keputusan
Pada tahap keputusan yang berkaitan dengan reaksi masyarakat dalam keputusannya untuk menggunakan pelayanan “SIPRAJA” adalah sebagian negatif dan sebagian positif. Positifnya, bagus, baik, senang, nyaman, mudah, tidak perlu repot datang ke Kantor Kelurahan serta terbantu dengan adanya pelayanan “SIPRAJA”. Sedangkan negatifnya, terlalu rumit, dan terlalu banyak fitur. Masyarakat yang menyampaikan keuntungannya memutuskan untuk menggunakan pelayanan “SIPRAJA” adalah dengan alasan fleksibel, tepat waktu, efektif dan ekonomis karena tidak perlu membayar ke Kantor Kelurahan Urangagung, tidak antri, membantu masyarakat untuk bisa mengajukan surat tanpa meninggalkan lokasi pekerjaannya, tidak menggangu pekerjaan dan terjangkau. Sedangkan masyarakat yang menyampaikan hal negatifnya memutuskan untuk tidak menggunakan pelayanan “SIPRAJA” karena terlalu banyak fitur dan terlalu rumit sehingga banyak dari masyarakat tidak faham bagimana cara mengisi pengajuan surat. Selain itu, karena bergantung dengan jaringan dan kuota menyebabkan masyarakat enggan untuk menggunakannya karena terkadang terkendala pada jaringan atau kuota yang mana jika jaringannya jelek, proses pengajuan akan kembali memulai dari awal lagi.