Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Lagi-lagi, Uang Siswa Hilang di Kelas!

10 Februari 2023   09:43 Diperbarui: 13 Februari 2023   13:20 3620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin siang, grup WA orangtua murid tempat saya tergabung di dalamnya, gaduh. Pasalnya, salah satu orangtua murid mengadukan kehilangan uang sebesar seratus ribu rupiah, yang dialami anaknya kemarin saat masih berada di sekolah. Pengaduan ini ditujukan kepada wali kelas yang juga ada dalam grup WA tersebut.

Taklama bersahut-sahutan tanggapan dari orangtua-orangtua murid lainnya. Ada beberapa orangtua yang juga mengadukan bahwa anak mereka juga pernah kehilangan uang saat berada di sekolah.

Sesungguhnya kejadian kehilangan uang ini memang bukan yang pertama. Sebelumnya, anak saya sudah beberapa kali menceritakan perihal kejadian-kejadian tersebut kepada saya. Bahkan terjadi sejak beberapa bulan lalu saat anak saya masih duduk di kelas 7. Jumlah uangnya juga tidak sedikit. Antara 30 ribu hingga 100 ribu rupiah.

Para orangtua sangat menyesalkan mengapa kejadian seperti ini bisa berulang kali terjadi. Para orangtua juga sangat menyesalkan pihak sekolah yang belum mampu menuntaskan masalah ini dan menemukan penyebab kehilangan atau pelaku pencurian (bila memang dicuri) tersebut. 

Pihak sekolah sendiri sebenarnya tidak tinggal diam. Suatu sore anak saya bercerita, bahwa siangnya saat di sekolah, dilakukan penggeledahan isi tas para siswa oleh guru wali kelas. Penyebabnya karena ada seorang siswa yang kehilangan uang.

Selain penggeledahan isi tas, pihak sekolah juga melakukan investigasi dengan cara menginterogasi satu -satu siswa dalam satu kelas. Namun, sayangnya tidak ditemukan bukti adanya tindakan pencurian. 

Cukup mengherankan memang bisa terjadi kehilangan uang di sekolah, bahkan sampai berkali-kali, tanpa bisa ditemukan penyebab atau mungkin pelakunya. 

Seingat saya, zaman saya sekolah dulu, mulai dari TK sampai kuliah, belum pernah terdengar ada teman atau saya sendiri kehilangan uang. Kenapa zaman sekarang berbeda ya? Kenapa zaman sekarang hal tidak baik ini marak terjadi bahkan di lingkungan sekolah.

Bersyukur, sanpai saat ini anak saya sendiri tidak pernah mengalami kejadian yang sama. Padahal anak saya juga membawa uang setiap hari, karena dia memang membutuhkannya untuk ongkos pulang naik angkutan umum.

Terlepas bahwa kejadian ini kurang menyenangkan, kita tidak bisa menuduh siapapun. Kita juga tidak bisa sepenuhnya menyalahkan pihak sekolah karena kejadian nahas yang berulang ini.

Sebagai orangtua siswa, mungkin ada baiknya pencegahan itu bisa dimulai dari diri kita sendiri, lalu kita ajarkan kepada anak-anak kita.

Ada beberapa cara yang mungkin bisa dilakukan para orangtua berkolaborasi dengan anak, guna mengantisipasi siswa kehilangan uang selama di lingkungan sekolah.

1. Bekal uang secukupnya

Untuk membawa uang ke sekolah, saya belikan anak saya sebuah dompet kecil untuk anak laki-laki. Setiap pagi dari Senin sampai Jumat, saya akan mengisi ulang dompetnya.

Untuk ongkos pulang sekolah tiga kali naik turun angkutan umum, saya memasukkan recehan sebesar total Rp12.000,-.  Uang untuk ongkos ini saya tempatkan di dalam kantung dompet yang mudah dijangkau.

Selain itu, saya juga memasukkan tambahan uang sebesar Rp30.000,-/hari ditaruh di kantung dompet bagian dalam. Uang tiga puluh ribu rupiah ini sifatnya hanya untuk jaga-jaga. Jadi, bila ada suatu keperluan sekolah yang sangat mendesak, anak saya bisa membeli di koperasi sekolah menggunakan uang cadangan ini.

Anak saya juga bisa jajan dari uang ini, tetapi besarnya tidak boleh lebih dari Rp5.000.-/hari, karena memang sudah bawa bekal makanan dan minuman yang cukup dari rumah. 

Di sekolah pun tersedia galon berisi air mineral di beberapa pojok sekolah. Para siswa bisa mengisi ulang botol air minumnya jika sudah habis.

Tidak hanya itu, uang cadangan ini juga saya perbolehkan digunakan bila ada temannya yang kekurangan uang untuk ongkos pulang atau ada teman yang lapar tetapi tidak punya uang untuk jajan. Saya selalu katakan, jangan pinjamkan uangnya, tapi berikan saja kepada teman yang membutuhkan. 

Dengan cara ini saya sekaligus mengajarkannya untuk tidak kikir, peka pada kesusahan orang lain, dan menumbuhkan rasa gemar tolong-menolong.

Setiap pulang sekolah, saya akan tanyakan kembali, jajan apa hari ini, atau apakah ada keperluan yang digunakan dari uang cadangan. Bila jawabannya tidak, berarti uang cadangannya utuh. Keesokan paginya saya hanya akan menambah uang untuk ongkos angkutan umum saja.

Jadi intinya, sebaiknya bawakan uang secukupnya saja untuk bekal anak ke sekolah. Bawakan sesuai kebutuhan anak setiap harinya. Hanya saja, ada orangtua yang membiasakan memberi uang jajan tiap periode tertentu, seperti per minggu atau per bulan, langsung dalam jumlah besar.

Hal ini juga tidak salah. Cuma, alangkah baiknya anak diajarkan untuk tidak membawa semua uangnya ke sekolah. Lagi-lagi, bawa saja secukupnya sesuai keperluan anak selama satu hari di sekolah.

2. Simpan dan bawa bila perlu

Ini merupakan cara yang anak saya lakukan atas inisiatifnya sendiri. Semenjak ada satu siswa kehilangan uang, anak saya selalu membawa dompetnya, memasukkannya ke saku celana, setiap kali jam istirahat atau harus keluar kelas.

Jadi anak saya tidak pernah meninggalkan dompet juga gawainya di dalam tas saat keluar kelas untuk istirahat. 

Ketika kembali masuk waktu pelajaran, gawai dan dompet kembali dimasukkan ke dalam tas. Itu pun diletakkan di bagian dalam tas yang agak sulit dijangkau dengan cepat.

Sedangkan untuk jam pelajaran olahraga, biasanya gawai dan dompet seluruh siswa dititpkan ke wali kelas atau salah seorang guru.

3. Jangan tunjukkan kepada teman

Ini berkali-kali saya ingatkan pada anak saya. Jangan memamerkan atau menunjukkan dompet dan isinya di depan teman-temannya. Karena hal tersebut bisa saja memancing seseorang untuk berbuat jahat karena tergiur melihat uangnya.

Di samping itu, tidak pamer uang jajan pada teman juga mengajarkan anak untuk tidak sombong dengan apa yang ada pada dirinya. Juga mengajarkan anak untuk menghormati orang lain yang belum tentu seberuntung dirinya yang mendapat bekal uang setiap hari.

4. Ajarkan kejujuran mulai dari rumah

Hal ini yang paling penting. Upaya pencegahan dimulai dari rumah dan dari orangtua. Mengajarkan anak untuk hidup jujur sedari anak usia balita. Bukan hanya sekadar teori, tetapi juga dipraktikkan.

Pendidikan kejujuran ini bisa diawali dengan hal-hal kecil. Misalkan, tidak boleh membawa pulang mainan teman yang dipinjamnya saat bermain bersama. Kalaupun sampai terbawa pulang, anak diajarkan untuk mengembalikan kepada yang punya seraya mengucapkan maaf dan terima kasih.

Anak juga sebaiknya diajarkan untuk taat pada hukum dan aturan, baik hukum agama maupun hukum negara. Tidak boleh mencuri atau menginginkan harta milik orang lain merupakan salah satu aturan yang ada dalam hukum agama maupun hukum negara.

Saat anak saya kecil, dia sering ikut saya berbelanja ke warung. Beberapa kali kejadian, pemilik warung mengembalikan uang dalam jumlah yang lebih dari semestinya. Ketika saya hitung jumlahnya lebih, maka saya akan mengembalikan kelebihannya. 

Sekalipun, saya baru sadar setelah di rumah, saya akan segera kembali ke warung tersebut untuk mengembalikannya.

Awalnya anak saya bertanya, "Kenapa Mama kembaliin uangnya?"

"Karena uang kembaliannya lebih dari yang seharusnya Mama terima, Jadi harus Mama kembalikan," jawab saya.

"Kalau tidak Mama kembalikan berarti Mama mencuri uang orang lain. Dan mencuri itu tidak baik di mata Tuhan. Negara juga melarang dan menghukum orang yang mencuri." 

Itu beberapa cara pendidikan kejujuran yang saya ajarkan dan praktikkan di rumah. Harapannya, bekal didikan yang benar di masa muda akan mengantarkan anak untuk tetap hidup jujur dan benar hingga masa dewasanya kelak.(MW)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun