Sebagai orangtua siswa, mungkin ada baiknya pencegahan itu bisa dimulai dari diri kita sendiri, lalu kita ajarkan kepada anak-anak kita.
Ada beberapa cara yang mungkin bisa dilakukan para orangtua berkolaborasi dengan anak, guna mengantisipasi siswa kehilangan uang selama di lingkungan sekolah.
1. Bekal uang secukupnya
Untuk membawa uang ke sekolah, saya belikan anak saya sebuah dompet kecil untuk anak laki-laki. Setiap pagi dari Senin sampai Jumat, saya akan mengisi ulang dompetnya.
Untuk ongkos pulang sekolah tiga kali naik turun angkutan umum, saya memasukkan recehan sebesar total Rp12.000,-. Â Uang untuk ongkos ini saya tempatkan di dalam kantung dompet yang mudah dijangkau.
Selain itu, saya juga memasukkan tambahan uang sebesar Rp30.000,-/hari ditaruh di kantung dompet bagian dalam. Uang tiga puluh ribu rupiah ini sifatnya hanya untuk jaga-jaga. Jadi, bila ada suatu keperluan sekolah yang sangat mendesak, anak saya bisa membeli di koperasi sekolah menggunakan uang cadangan ini.
Anak saya juga bisa jajan dari uang ini, tetapi besarnya tidak boleh lebih dari Rp5.000.-/hari, karena memang sudah bawa bekal makanan dan minuman yang cukup dari rumah.Â
Di sekolah pun tersedia galon berisi air mineral di beberapa pojok sekolah. Para siswa bisa mengisi ulang botol air minumnya jika sudah habis.
Tidak hanya itu, uang cadangan ini juga saya perbolehkan digunakan bila ada temannya yang kekurangan uang untuk ongkos pulang atau ada teman yang lapar tetapi tidak punya uang untuk jajan. Saya selalu katakan, jangan pinjamkan uangnya, tapi berikan saja kepada teman yang membutuhkan.Â
Dengan cara ini saya sekaligus mengajarkannya untuk tidak kikir, peka pada kesusahan orang lain, dan menumbuhkan rasa gemar tolong-menolong.
Setiap pulang sekolah, saya akan tanyakan kembali, jajan apa hari ini, atau apakah ada keperluan yang digunakan dari uang cadangan. Bila jawabannya tidak, berarti uang cadangannya utuh. Keesokan paginya saya hanya akan menambah uang untuk ongkos angkutan umum saja.