Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Masih Suka Membanding-bandingkan Pencapaian Pria dengan Wanita? Baca Ini Dulu!

10 Desember 2021   08:24 Diperbarui: 10 Desember 2021   08:28 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak berkebutuhan khusus (Dok. Tanoto Foundation via Kompas.com)

Seorang wanita bahkan rela mengorbankan karir dan kepentingan dirinya sendiri demi kepentingan suami dan anak-anaknya.

Masih mau menyebut wanita tidak setangguh laki-laki? Apakah sanggup laki-laki berperan berlipat ganda seperti Grace?

Hal ini yang sering menjadi keprihatinan saya. Masih ada saja orang-orang yang senang membanding-bandingkan pencapaian laki-laki dengan perempuan. 

Keberhasilan hanya diukur dengan pencapaian-pencapaian prestasi secara materi yang terlihat.

Dalam sebuah ajang kompetisi pun sering kali membanding-bandingkan berapa banyak wanita dan pria yang mencapai puncak kompetisi. Bila jumlah wanita lebih sedikit, lalu mulailah dicari-cari letak permasalahannya. Dan sering kali dilihat hanya dari satu sisi.

Kemudian muncullah opini-opini yang dibungkus dengan kata-kata manis tetapi sarat tudingan. Opini yang seolah-olah bermaksud baik tetapi sebenarnya penuh ketidakrelaan ada wanita bisa mencapai puncak prestasi meskipun jumlahnya hanya sedikit.

Seperti wanita kurang tangguh, wanita kurang mau belajar, wanita kurang ulet, wanita kurang berusaha, wanita tidak berani mencoba hal-hal baru, dan tudingan-tudingan lainnya.

Atau memberikan ucapan selamat kepada sedikit wanita yang berhasil mencapai puncak prestasi, dengan gaya humor tetapi di baliknya ada kesan merendahkan wanita. Misalnya, "Wah, selamat ya ibu, penampilan ibu tadi keren lho. Persis anggota DPR, eh ternyata anggota DaPuR, hehehe..."

Bagaimana seandainya perbandingannya kita ubah. Misalnya, mengapa penghuni penjara lebih banyak pria daripada wanita? Apakah boleh kita menuding bahwa pria cenderung lebih jahat daripada wanita? 

Mengapa pembunuh dan pemerkosa lebih banyak laki-laki daripada perempuan? Apakah bisa kita menuduh laki-laki cenderung lebih sadis dan keji daripada perempuan?

Gimana rasanya? Nggak enak kan dibanding-bandingkan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun