"eh..sepertinya aku tidak salah dengar bukan?" jelasnya dengan wajah khawatir entah untuk rekn kerjanya itu atau atas dirinya.
"begitulah..Kamu tidak salah dengar kok." Tukasnya sembari menunduk dan menghela nafasnya.
Roy melangkah kembali dan meninggalkan Fery yang mengikuti dari belakang, karena tidak bisa berkata apa-apa.
"kupikir kamu akan dapat membantu, karena aku tahu kamu masih muda dan ditambah lagi belum menikah. Jadi, tadinya aku berpikir kamu memiliki uang sebesar itu." Â Gumam Roy yang sembari membuang pandangannya ke segala arah kota. Fery tidak berkomentar sedikit pun dan terus mengikuti dari arah belakang. Kemudian, saat hampir sampai di antara dua lampu jalan yang redup Roy hendak berbalik dengan tangan yang berada di sakunya.
"Ferr.."
"Dorrr!!" belum sempat Roy memanggil nama Fery, Ia sudah jatuh dan terkapar dengan penuh simbah darah di dada kirinya.
"kenapa? Fery.." desahnya denga lirih.
"emangnya aku bodoh apa!?" tukas Fery sambil menjambak rambut Roy.
"akulah yang paling butuh di sini." Jawabnya singkat dengan senyum yang lebar.
Penglihatan Roy pun mulai pudar dan ia tersenyum untuk yang terakhir kalinya,
"Akhirnya penderitaan ini berakhir.." lirihnya bersamaan dengan nafasnya yang terakhir.